Author : Ayu Eonni ^^
Cast :
Kim Jongwoon a.k.a Yesung
Kim Seuhnaa
Starring :
Moon GeunYoung
Namaku Kim Seuhnaa. Aku hanya ingin
berbagi tentang kisah hidupku pada kalian. Aku anak tunggal. Dulu aku merasa
hidupku begitu hancur. Ayah dan ibuku bercerai karena masalah ekonomi keluarga,
dan tak ada satupun dari mereka yang mau bertangungjawab terhadapku. Aku
memilih untuk tinggal dengan ibuku, namun ia kemudian menikah dengan pria lain
yang menurutku bukanlah pria baik-baik. Akhirnya kuputuskan untuk kembali pada
ayahku. Tapi kurasa ayahku malah semakin parah. Ia menjadi pemabuk dan
dipenjara karena sering berbuat hal yang merugikan orang. Jujur, saat itu aku
pernah mencoba untuk bunuh diri karena tak tahu lagi harus bagaimana menghadapi
hidup yang sangat keras. Sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang pria yang
berhasil mengubah hidupku ...
Aku memandang anak-anak kecil yang
sedang sibuk bermain di hadapanku. Lucu sekali mereka. Mereka semua adalah
anak-anak yang beruntung. Tidak seperti aku. Kalau sudah seperti ini, aku jadi
benar-benar merindukannya. Aku jadi tidak sabar menantikan saat itu tiba.
7 tahun yang lalu …
“Namaku Yesung.” Ujarnya sambil
mengulurkan tangannya.
“Aku Seuhnaa. Kim Seuhnaa. Apa
margamu?”
“Sudah, tak penting untuk tahu
margaku. Teman-temanku memanggilku Yesung.”
“Oh baiklah.”
“Apa kau sudah makan? Sepertinya kau
terlalu banyak menangis hari ini.”
“Tidak hanya hari ini. Menangis
sudah menjadi catatan harianku.”
Begitulah, pertemuanku dengan pria
yang mengaku dirinya bernama Yesung itu. Dia menolongku dari seorang pencopet
waktu itu. Saat itu aku baru pertama kali menginjakkan kaki di Seoul karena aku
nekat kabur dari Cheonan, tempat tinggalku dulu yang sudah kuanggap neraka.
Sejak saat itu, aku jadi dekat dengan Yesung. Dia adalah seorang mahasiswa
namun sudah memiliki bisnis kecil-kecilan yang katanya ia rintis bersama
ibunya. Yesung juga yang membantuku mencari tempat tinggal yang murah di Seoul
dan mencarikanku pekerjaan agar aku bisa tetap hidup.
Aku sangat kesepian waktu itu.
Masa-masa awal berada di Seoul adalah keadaan yang sangat sulit bagiku. Hidupku
hanya kuhabiskan untuk bekerja dan bekerja meskipun penghasilan yang kuperoleh
tidak seberapa. Aku hanya berpikir bagaimana agar aku bisa makan setiap hari tanpa
harus bergantung pada orang lain. Terkadang aku lemah, dan pikiran yang
tidak-tidak kerap kali muncul di benakku. Tapi di saat-saat seperti itu, Yesung
benar-benar mendukungku. Dia selalu memberikan nasehat dan kata-kata yang bisa
kembali membangkitkanku.
“Manusia menjadi tegar dan lebih
dewasa karena masalah.” Itulah yang selalu diucapkannya.
Terkadang aku iri padanya. Ia bisa
memanfaatkan masa mudanya dengan hal yang positif. Dari dulu aku sangat ingin
bisa kuliah tapi karena tidak punya uang, itu semua hanya akan menjadi mimpi
indah. Yesung kuliah. Dan dia juga berbisnis. Aku sangat mengaguminya.
Ia hidup dalam kesederhanaan. Hanya
itu yang aku tahu.
Semakin hari aku semakin mengagumi
sosok seorang Yesung. Rasa kagum itupun kian lama menjadi perasaan cinta yang
tumbuh dalam hatiku. Yesung memang bukan pria yang tampan. Ia punya mata yang
sipit dan jari tangan yang kecil. Tapi dia sangat manis. Apalagi jika tersenyum
dan tertawa, kedua matanya seolah menghilang hanya membentuk garis. Aku sangat
suka itu. Terlebih dengan kebaikan hatinya padaku, dan juga kebiasaan anehnya
yang menurutku itu adalah sebuah humor. Yesung benar-benar berhasil menjadi
pria pertama yang membuatku merasakan yang namanya jatuh cinta, setelah sekian
lama aku hidup tanpa tahu bagaimana rasanya mencintai orang lain.
Yesung juga orang yang penuh
kejutan. Ada banyak hal darinya yang membuatku benar-benar kaget dan terheran.
Sewaktu aku berulang tahun yang ke 20, itu adalah pertama kalinya aku merayakan
ulang tahunku di Seoul tanpa kehadiran orang terdekat. Waktu itu aku berencana
untuk pulang kerja lebih awal. Aku ingin memasak makanan yang sangat spesial
untuk diriku sendiri. Biasanya setiap tahun, aku tak punya waktu banyak untuk
memanjakan diriku karena masalah keluarga yang tak kunjung selesai. Hari itu
salju turun memenuhi Seoul. Ah, aku benar-benar merasa sempurna sekali hari
itu. Meskipun gajiku belum keluar dan itu berarti aku tak bisa memanjakan
diriku berlebihan, tapi aku sangat senang. Aku ingin menikmati kesendirianku
malam itu dan memandang salju yang turun sepanjang malam.
Aku sampai di rumah
kontrakanku tepat pukul 6 sore. Salju masih terus turun. Sudah
terbayangkan di benakku hari itu akan memasak ramen hangat yang pastinya akan
kubuat spesial untuk diriku sendiri. Namun sialnya, kunci kontrakanku
ketinggalan di tempat kerja! Aish! Aku tidak mungkin kan kembali lagi? Mencari
bis lagi di saat-saat seperti itu benar-benar hal yang menyebalkan. Moodku
berubah 180 derajat. Ingin sekali aku berteriak di jalanan. Belanjaanku yang
penuh sayuran dan kue itu pun kugeletakkan begitu saja. Aku harus kembali lagi
ke tempat kerja dan mungkin itu menghabiskan waktu satu jam.
Aku ingin meminta bantuan pada
Yesung kala itu. Hanya namanya yang aku ingat di saat-saat seperti itu. Aku
sudah hampir menelponnya, tapi kuurungkan kembali niatku. Aku pikir tak enak
merepotkannya di saat-saat badai salju seperti itu. Rumah Yesung katanya cukup
jauh dari kontrakanku dan aku tentu tidak ingin dia kenapa-kenapa di jalan
tebal penuh salju hanya karena aku. Padahal jauh dalam lubuk hatiku, aku
benar-benar menginginkan kehadirannya saat itu. Kalau saja boleh, aku ingin
memeluknya agar hatiku juga menghangat di hari jadiku itu.
Akhirnya aku sampai di rumah pukul 8
malam. Lebih lambat dari yang kuperkirakan. Ya Tuhan! Belanjaan yang tadi aku
tinggalkan di depan rumah hilang! Tapi memang itu salahku, meletakkannya
sembarangan. Ah, aku sudah tak berpikir lagi untuk bersenang-senang. Aku masuk
ke dalam rumah. Saat lampu kunyalakan, APA INI???!! Rumahku dalam keadaan tidak
beres! Sepertinya ada orang yang sudah masuk ke sini. Tapi aku sangat senang
melihat balon warna-warni di sana-sini, dan ada sebuah kado di atas TV. Saat
ingin bergerak mengambil kado itu, seseorang bernyanyi lagu ulang tahun untukku.
Suaranya khas dan sepertinya aku megenal suara itu. Apalagi kali ini suara itu
menyanyi untukku. Benar saja, ketika kubalik badan, Yesung sedang membawa
sebuah tart berisikan batang lilin kecil yang sejumlah dengan usiaku saat
itu. Bahkan ia pun tahu usiaku! Aku menangis sejadi-jadinya waktu itu.
“Saengil chukae Kim Seuhnaa.” Yesung
berkata pelan.
“Jeongmal gomawo Yesung sshii …” aku
tak mampu berkata-kata lagi. Mataku berkaca-kaca.
Ia pun menyuruhku meniup lilin dan
mengucapkan sebuah permintaan sebelumnya. Aku memejamkan mataku, dan
mengucapkan permintaan yang begitu saja melintas di pikiranku. Yesung bahkan
sudah memasak untukku.
“Kau mengagetkanku.” Ujarku seusai
makan malam.
“Tapi kau senang kan?” Mianhae hanya
bisa memberikan ini. Aku tak yakin kau merasa lebih baik tanpa kehadiran
orangtuamu.”
“Aku sangat senang kok,, tapi
bagaimana kau bisa melakukan ini semua? Kunci kan aku yang bawa?”
“Hei, kau lupa ya. Pemilik kontrakan
ini kenalanku dan ia tentu punya kunci cadangan.” Jawabnya sambil tersenyum
yang membuat matanya terlihat semakin sipit. Aku suka melihat Yesung yang
seperti itu.
“Oh ya satu lagi. Darimana kau tahu
ulang tahunku?”
“Aku melihat kartu identitasmu.”
Jawabnya singkat. Aku merasa sangat tersanjung.
“Yesung sshii, apa aku boleh
memelukmu? Aku ingin sekali memeluk orang saat ini. Sudah lama aku tak
melakukan itu.” Ujarku tiba-tiba.
“Tentu saja. Lakukanlah jika itu
bisa membuatmu senang.”
Yesung baik sekali. Bahkan ia
membiarkan gadis yang bukan siapa-siapanya memeluknya seerat itu.
Hal mengagetkan lainnya, adalah
ketika aku mencoba mendatangi rumahnya. Waktu itu aku ingin berkunjung ke
rumahnya untuk mengantarkan kue buatanku sebagai ucapan terima kasih karena
sudah membantuku selama aku mengalami kesulitan. Aku sengaja tidak memberi
tahunya.
Ketika berhenti di rumah nomor 4,
aku sedikit ragu. Rumah ini kelihatan begitu ramai, dan rumah ini cukup luas.
Tapi kuberanikan diri untuk masuk.
“Annyeong..” sapaku pada seorang
anak perempuan yang sedang membawa boneka beruang.
“Annyeong. Kakak mencari siapa?”
sapanya ramah sambil tersenyum ke arahku.
“Hmm, apa benar ini rumahnya
Yesung?” tanyaku ramah.
“Yesung? Apa itu?” ia bertanya
dengan polosnya.
“Maaf ya adik manis, tapi sepertinya
kau salah kata tanya. Siapa itu, begitu seharusnya.”
“Oh, jadi Yesung itu nama orang ya?”
tanya anak itu polos
Ya Tuhan anak ini gila ya? Aku
sedikit kesal. Tapi apa mungkin aku salah alamat?
“Alamat ini benar di rumah ini kan?”
aku menyodorkan kertas alamat padanya.
“Aku belum bisa membaca kak. Tunggu
ya aku panggilkan ibu dulu.”
Apa mungkin Yesung menipuku?
“Yesung? Di rumah ini benar tidak
ada orang bernama Yesung.” Jawab wanita paruh baya itu.
“Tapi alamatnya benar di sini kan?”
aku bertanya lagi. Meyakinkan. Sebenarnya aku sedikit kesal juga.
“Kalau boleh tahu, dia itu siapamu
ya, Nak?”
“Dia temanku.” Jawabku pasrah.
Yesung tiba-tiba muncul dari dalam.
“Nah itu dia yang bernama Yesung!”
kataku sambil menunjuk ke arahnya.
Dia hanya tersenyum-senyum saja.
“Maaf.” Ujarnya padaku.
Aku sempat sangat kesal padanya
dengan keadaan yang terjadi waktu itu.Yesung aneh sekali. Ternyata di rumahnya
ia dipanggil Jongwoon. Ya, nama aslinya adalah Kim Jongwoon. Yesung bilang, ia
lebih suka menyebut dirinya Yesung. Jika ia berkenalan dengan orang baru, ia akan
berkata bahwa namanya adalah Yesung. Aku tidak mengerti kenapa, dan aku sempat
merasa ditipu olehnya karena hal itui. Tapi Yesung bisa meyakinkan aku kalau
dia memang tidak bermaksud menipuku.
Tak hanya sampai di sana. Aku pernah
merasa ditipu untuk kedua kali olehnya. Waktu itu Yesung tidak ada kabar. Ia
juga tidak menghubungiku. Meskipun kami memang tidak sering berkomunikasi lewat
telepon, tapi aku rasa tidak wajar jika ia sama sekali tidak menghubungiku
dalam seminggu. Karena sangat penasaran, aku memutuskan untuk mencarinya ke
rumah. Kata ibunya, Yesung sedang ada di luar kota untuk mengadakan penelitian
skripsinya. Aku memaklumi itu, jadi aku tak berusaha mencari tahu lagi.
Lagipula aku memang bukan siapa-siapanya, hanya seorang teman yang cuma bisa
merepotkannya. Untuk apa juga ia harus memberitahuku kemanapun ia pergi? Aku
juga tidak pernah diberitahu olehnya ia mengambil jurusan apa dalam kuliahnya.
Orang itu benar-benar penuh misteri.
Tapi bukan itu yang membuatku kesal.
Saat itu terjadi sedikit masalah dengan masa kontrak rumahku yang membutuhkan
beberapa surat penting untuk menyelesaikannya. Aku dengan terpaksa menelponnya
untuk bertanya soal itu.
“Yoboseyo, Yesung sshii ..” sapaku.
“Yoboseyo.. “ suara seorang wanita
menjawab di seberang sana.
Aku merasa sedikit aneh. Kenapa bisa
seorang wanita yang mengangkat telponnya.
“Maaf, apa aku bisa bicara dengan
Yesung?”
“Yesung? Maksudmu Jongwoon? Ah, dia
masih tertidur karena kami begadang semalaman.”
“Oh begitu ya?”
“Ne, apa ada pesan? Nanti aku sampaikan
kalau dia sudah bangun.”
“Ah tidak. Bukan hal penting.
Gomawoo. Maaf mengganggu.”
Aku memutus sambungan telepon begitu
saja. Hatiku seperti dihujam ribuan jarum pentul saat itu. Yesung memang tidak
pernah bilang padaku jika ia punya pacar atau tidak. Tapi kenapa wanita itu
juga menemaninya ke luar kota? Apalagi mereka menghabiskan malam bersama. Aku
benci sekali pada Yesung. Aku menyalahkannya karena telah memberikan harapan
padaku waktu itui. Mungkin benar ia hanya menganggapku seorang teman, baik
padaku karena aku memang pantas ditolong. Kalau memang dia suka padaku,
semestinya dia sudah bilang kan perasaannya padaku?
“Kau marah padaku ya? Kenapa?” Ia
bertanya.
“Aku tidak marah. Aku hanya kesal.”
“Karena waktu itu yang mengangkat
telponku adalah seorang perempuan?”
Aku terdiam. Kenapa dia bisa menebak
isi pikiranku?
“Bukan. Aku kebingungan saat
mengurus surat-surat rumah tapi kau tidak ada. Hanya itu.”
“Tapi kenapa kau tidak menjawab
telponku saat kuhubungi balik berkali-kali?”
“Aku sedang sibuk.”
Ia hanya diam lalu berkata lagi.
“Minggu depan aku diwisuda. Aku
ingin kau datang melihatku.”
“Untuk apa? Aku harus bekerja.”
“Aku tau kau tidak bekerja karena
hari itu hari Sabtu. Kalau kau memang ada waktu datanglah.”
Lalu ia pun pergi meninggalkanku.
Aku bingung. Tapi aku tidak
enak karena ibunya juga memintaku datang, akhirnya aku memutuskan untuk datang
di hari pentingnya itu. Yesung terlihat sangat gembira dan kulihat wajahnya
terus berbinar-binar. Kulihat ia memeluk salah seorang teman gadisnya yang juga
diwisuda bersamanya. Sepertinya mereka dekat sekali. Ia pun mengenalkan aku
pada gadis itu.
“Hai aku GeunYoung. Moon GeunYoung.
Aku yang mengangkat telponmu waktu itu.” Sapa gadis itu ramah.
“Dia ini sahabatku sejak kecil.
Waktu itu kami melakukan penelitian bersama dan mengerjakan tugas sampai larut
malam hampir setiap hari.” Yesung mengenalkannya lebih lanjut.
Oh jadi begitu ceritanya. Aku salah
paham.
“Oh ya,, Jongwoon ah, jangan lupa ya
datang ke pernikahanku bulan depan. Ajak juga nona Seuhnaa. Awas kalau kau
tidak datang.” Gadis itu berkata sambil mencubit lengan Yesung.
“Oh pasti aku akan datang di hari
pentingmu.”
Malam setelah acara kelulusan
Yesung, ia mengadakan acara syukuran di rumahnya. Ia juga memintaku datang.
Suasana malam itu ramai sekali. Maklum, Yesung dan ibunya tinggal di panti
asuhan yang mereka dirikan. Jadi wajar saja banyak anak-anak di sana. Mereka
semua bernyanyi dan menyiapkan kejutan yang membuat Yesung sangat terharu dan
terkejut. Tapi yang lebih terkejut lagi waktu itu adalah aku.
“Seuhnaa sshi, aku ingin melamarmu.”
Semua yang ada di ruangan bersorak.
Ibu Yesung juga tersenyum dan ia mengangguk ke arahku.
“Ta.. tapi.. tapi bagaimana bisa?
Kita belum pacaran.” Aku malu.
“Apa kau merasa kita perlu pacaran
lagi? Aku mencintaimu setiap hari. Kau tidak bisa merasakan itu?”
Aku terdiam. Aku tidak percaya dan
tidak pernah menduga Yesung akan melakukan itu.
Apa aku harus menerimanya? Ini
adalah lamaran. Ia memintaku menjadi istrinya, bukan pacarnya.
“Seuhnaa, tinggalah di sini bersama
kami. Jadilah bagian dari keluarga kami.” Ibu Yesung meminta padaku.
Aku tak bisa membohongi perasaanku
sendiri. Aku menerima lamarannya. Keesokan harinya, ia pun mengantarku pulang
ke Cheonan untuk menemui ibu, meminta restunya. Ibuku merestui kami, dan aku
juga menyempatkan diri menjenguk ayahku setelah sekian lama sekalian juga
meminta restunya. Pernikahan itupun terlaksana dengan sederhana.
.......................................................................................
Dan hari ini, adalah hari yang sudah
lama kunanti-nantikan. Aku sudah rindu sekali padanya. Ingin memeluknya lagi
setelah sekian lama. Yesung pasti akan senang sekali bertemu dengan
Ryeowook. Ah, itu dia. Aku melihatnya. Dia sudah datang, berjalan ke arahku dan
Ryewook.
“Sayang, itu appamu.” Aku
menggendong Ryeowook sambil menciumnya.
Yesung berhenti di depan kami. Aku
menurunkan Ryewook, agar aku bisa memeluknya. Aku sudah lama ingin memeluknya
lagi seperti ini.
“Chagi, aku rindu sekali padamu.”
Ujarnya berbisik di telingaku.
“Aku juga... aku mengkhawatirkanmu.”
Balasku terharu.
Ia melepas pelukannya lalu melihat
ke arah Ryeowook.
“Inikah malaikat kecilku?” Yesung
menggendongnya.
“Appaa …” Ryewook kecil memanggil
Yesung.
“Ah kau lucu sekali. Sudah besar,
bahkan kita belum pernah bertemu sejak kau dilahirkan dari rahim ibumu.” Yesung
menciumi Ryeowookku. Oh bukan, kini ia adalah Ryeowook kami.
“Ya tentu saja. Kau dipaksa untuk
memenuhi panggilan militer tepat dua tahun lalu saat aku sedang mengandungnya.
Lihatlah matanya, ia rindu sekali padamu.”
Yesung pun membawaku dan juga
Ryeowook ke dalam pelukannya. Aku bahagia, kini Yesungku sudah kembali. Aku
mencintainya setiap hari bahkan di saat ia dalam masa wajib militernya.
Perasaanku padanya tidak pernah berubah. Kini ia terlihat sangat bahagia
melihat putranya. Dan bagiku, tak ada yang lebih berharga saat ini selain
memiliki mereka berdua.
~THE END~
Second
Chance (One Shoot)
Main Cast :
Onew as Lee Jinki
Choi Jesun
Eunhyuk as Lee Hyuk jae
Prolog …
“Kim Jonghyun!”
“Ne”
“Parkgyuri!”
“Ne”
“Choi Jesun!”
“Ne”
“Song Seung Hyun!”
“Ne”
“Yoon EunSang!”
“Ne!”
“Lee Jinki!”
“Lee Jinki?!!”
“Dimana Jinki??!”
Braakkkkk!! Suara pintu kelas
terbuka dari luar. Seorang anak laki-laki berpenampilan cukup rapi terlihat terengah-engah
masuk ke dalam kelas. Semua mata tertuju ke arahnya, menatap dingin seolah
ingin menelan anak itu mentah-mentah. Ia pun dengan percaya diri menghadap ke
meja guru.
“shhh.. hhh.. Mi.. Mian. Hae.
Sonsengnim ..”
“Ini sudah ke-3 kalinya kau terlambat
masuk kelasku. Hmm.. 15 menit. Kau tahu kan apa sangsinya tuan Lee?” Guru yang
terkenal berdisiplin tinggi itupun menatap anak itu lekat-lekat sambil melirik
ke arah jam tangannya. Seisi kelas sunyi senyap.
“Ne, aku tidak bisa ikut
pelajaranmu, berdiri di pojok kelas dengan satu kaki diangkat selama pelajaran
berlangsung, dan membuat resume tentang arti penting disiplin sebanyak lima
ribu kata.”
“Bagus. Ternyata ingatanmu tidak
jelek. Setidaknya itu masih bisa dibanggakan. Lakukan.”
Anak laki-laki malang itupun
menjalani hukumannya. Ia terlihat begitu kasihan. Ia memandang satu-persatu
mata para penghuni kelas. Dan ketika matanya berhenti pada seorang anak
perempuan yang duduk di bangku pojok paling depan, hatinya terasa sakit dan
hancur serta malu tak tertahankan...
Jesun Pov
“Hahahahhaa... lucu sekali ya
mukanya. Aku sampai sakit perut menahan tawa. Heechul Sonsengnim benar-benar
pintar membuat orang menderita.” Eunsang masih saja belum berhenti membahas
peristiwa tak penting di kelas tadi pagi.
“Cukup. Aku sedang tidak berminat
membahas itu.” Ujarku ketus.
“Wae? Ahhh.. jangan-jangan kau sudah
mulai …”
“Eh! Sebentar.. aku ada telpon.” Aku
berhasil memotong percakapan bodoh Eunsang barusan. Akupun sedikit menyingkir
untuk menjawab telpon penting itu.
“Wajahmu berbinar sekali. Dia bilang
apalagi padamu?” tanya Eunsang ingin tahu.
“Ah, dia mengajakku menonton film
nanti sore.” Jawabku tersenyum.
“Kau benar-benar senang ya?”
“Tentu saja! Susah payah aku bisa
dekat dengannya. Bagaimana aku tidak senang?”
“Chukae ya.. semoga kencanmu
menyenangkan.” Eunsang mencubit kedua pipiku.
Eunhyuk oppa akan mengajakku kencan!
Wah, ini luar biasa. Aku harus memilih baju yang pas untuk kukenakan nanti
sore. Apalagi dia bilang ini triple date. Ia juga mengajak teman-temannya.
Sekalipun aku masih SMA, aku tidak mau terlihat masih ingusan di depan mereka
semua. Susah payah aku bisa merebut hati namja romantis seperti dia, akhirnya
kini ia melirikku! Tak peduli dunia kami berbeda seperti yang dikatakan
Eunsang, yang jelas setiap hari kami masih bisa bertemu karena masih berada di
bawah satu lembaga dan hanya berbeda gedung. Aku di SMA Yumkwang, dan dia ada
di Universitasnya. Dan beberapa bulan lagi ujian akhir! Aku akan menyusul untuk
bisa ada di gedung itu juga! Sempurna sekali hidupku!
“Ibu.. aku pamit yaa .. paling telat
aku pulang jam 9.” Aku berlari menuruni tangga kemudian menciumi pipi ibuku.
Tapi aku malah melihat orang itu lagi. Ih, menyebalkan sekali!
“Setiap hari kau ke sini. Apa
rumahmu ada masalah?” aku bertanya sinis. Ia hanya diam.
“Jesun ah, kau tidak boleh begitu.
Jinki ke sini karena ibu yang minta tolong. Keran di dapur sedang rusak.”
“Oh, ternyata tetangga bisa
dimanfaatkan menjadi tukang juga. Baiklah bu, pacarku sudah menunggu. Aku
pergi. Daaahh.”
Jinki pov
Ternyata dia benar sudah jadian
dengan Eunhyuk hyung. Tahu akan melihat pemandangan tak mengenakkan tadi lebih
baik aku pura-pura sibuk saja jadi tidak usah ke sini. Aku benar-benar sudah
tidak punya setitik pun harapan. Dibandingkan dengan aku, Eunhyuk hyung memang
lebih segala-galanya. Dia tampan, temannya banyak, kaya, dan pastinya tidak
akan pernah membuat malu seperti aku. Tapi aku tidak bisa berhenti untuk
menyukai gadis judes itu.
“Jinki! Mana PRku? Sudah kau
buatkan?” makhluk yang sedang tidak ingin kulihat ini malah muncul begitu saja
di kamarku.
“Sudah. Cepat ambil di atas meja dan
pergi. Jangan ganggu aku hari ini.” Ujarku sambil memeluk guling.
“Hei! Kau kenapa? Tidak asik ah..”
“Aku memang tidak asik. Makanya
cepat pergi. Jangan berteman dengan orang yang tidak asik.”
“Hei bro, aku ini sahabatmu.
Bagaimana aku bisa meninggalkan sahabatku dengan keadaan tanpa roh seperti
ini?” Ia mulai naik ke tempat tidurku.
“Jonghyun ah!! Pergi sebelum aku
bertindak lebih! Aku sedang malas!!” aku melempar semua bantalku ke arahnya. Ia
pun pergi dan menutup pintu kamarku. Akhirnya!
…………………………………………………..
“Jinki ah, jual saja sepedamu yaa
..” Ibu berkata padaku.
“Mwo?! Aku tidak mau!” ujarku sambil
menggigit roti sarapanku dengan kesal.
“Tapi kau sudah besar, tidak layak
lagi memakai sepeda itu kemana-mana.” Ibu menasihatiku.
“Pokoknya tidak mau.”
“Appa sudah membelikanmu sebuah
mobil. Lagipula sebentar lagi kau akan masuk kuliah. Pakai mobil itu saja
supaya kau terlihat lebih gagah.” Ibu tersenyum.
“Ibuuu.. aku suka sepeda itu dan aku
akan tetap memakainya ke sekolah. Lagipula lebih sehat naik sepeda ke sekolah.”
“Iya sehat tapi kau jadi sering
terlambat.” Ibuku merenggut.
“Sudah ya Bu. Aku pergi dulu.
Annyeong.” Ujarku cepat-cepat sebelum obrolan ini bertambah panjang.
Ibu bernafsu sekali menjual
sepedaku. Katanya barang ini hanya mempersempit ruang di rumahku. Tapi entah
kenapa aku sangat sayang sepeda ini. Banyak sekali hal kualami bersamanya. Yah,
meskipun kadang aku suka telat, tapi itu karena aku sering bangun siang. Jadi
bukan salah sepedaku. Sekalipun appa sudah membelikanku sebuah mobil yang tidak
kalah bagus dengan milik Eunhyuk hyung, tapi aku akan tetap memakai sepeda ini
ke sekolah.
Jesun pov
“Oppa .. ini untukmu.” Ujarku sambil
menyerahkan sebuah bungkusan padanya.
“Hahaha, Jesun ah.. kau
mengagetkanku. Apa ini?” ujarnya sambil membuka isi bungkusan. Tubuhnya masih
dibanjiri keringat sehabis latian basket.
“Bukan apa-apa. Hanya sekotak kue
donat. Tadi aku teringat kau ada latian hari ini, jadi aku mampir untuk beli.”
Jawabku malu sambil mengambil posisi untuk duduk di sebelahnya.
“Ne, gomawo ..” Ia berkata sambil
mengusap kepalaku. Tangannya serasa begitu lebar di kepalaku. Aku senang.
“Cieeee! Ada yang dapat kunjungan
niih!” Donghae oppa menggoda kami sambil melempar handuk kecil ke arah Eunhyuk
oppa.
“Berisik ah. Kau mau?” Hyuk oppa
menawarkan donat pada Donghae.
“Aniyo. Aku duluan yaa. Mau makan
siang dengan seseorang.” Jawabnya sambil pergi.
“Kau tidak masuk kelas?” Hyuk
bertanya sambil mengunyah donat. Lucu sekali wajahnya. Aku jadi betah
berlama-lama di sini.
“Tidak. Aku sedang istirahat. Jadi
iseng melihatmu latihan.”
“Ah, syukurlah. Aku kira kau
membolos hanya gara-gara membawakanku donat.” Ujarnya sambil tertawa.
“GR sekali oppa! Sekolahku lebih
penting daripada kau.” Balasku manyun.
“Ah, hampir lupa. Kau sekelas dengan
Jinki kan? Tolong titip ini padanya ya.. “
Mendengar nama itu mendadak aku jadi
sakit perut. Ingin rasanya menolak. Tapi Jinki itu sepupunya Hyuk oppa.
Lagipula dia... ah.. sudahlah. Tak ada pilihan lain. Aku pun mengambil
bungkusan itu.
Jinki Pov
“Pekerjaanmu hanya melamun saja.
Jodohmu bisa disambar orang.” Jonghyun muncul lagi di sebelahku. Namun kali ini
aku tidak ingin mengusirnya karena ini sekolah, bukan kamarku.
“Sudah disambar dari kemarin hari.”
Jawabku datar.
“Jesun lagi ya? Seperti tidak ada
gadis lain saja dalam hidupmu. Seungyon menunggumu setiap pulang sekolah. Kau
anggap apa dia?”
“Aku tidak suka padanya.”
“Tapi selama ini kalian cukup dekat
kan?”
“Aku hanya mengajarinya beberapa
mata pelajaran.”
“Tapi sepertinya dia suka padamu.”
“Tapi aku suka Jesun.”
“Tapi yang baik padamu itu
Seungyon!”
“Itu urusannya..”
“Ya sudah. Terserahmu saja .. lalu
apa yang terjadi saat ini? Tampangmu masam sekali.”
“Tadi Jesun memberikan titipan kaos
dari hyung. Ah.. bahkan saat memberikan titipan itupun ia tidak melihat
wajahku.”
“Tentu saja ia tidak mau melihatmu!
Wajahmu saat ini benar-benar bisa membuat orang lain muntah darah.”
“Huh.. mereka benar-benar jadian.
Kenapa harus dengan Hyung?!”
“Eunhyuk hyung maksudmu?”
“Siapa lagi?”
“Yang kutahu mereka tidak pacaran.”
“Mwo?! Tau darimana? Jesun sendiri
yang bilang jika Eunhyuk hyung itu pacarnya. Lagipula akhir-akhir ini mereka
semakin sering terlihat bersama.”
“Eunsang yang memberi tahuku.
Katanya Jesun belum jadian. Mereka hanya dekat saja.”
“Pacarmu itu tidak bisa dipercaya..”
“Terserahmu saja. Tapi aku percaya
padanya. Dia kan bersama Jesun setiap hari.”
......................................................................
“Ah.. keponakan yang paling
kubanggakan sudah datang. Ayo Hyuk, duduklah. Kita sudah kelaparan menunggumu
lama." Ibu memuji berlebihan. Cuiihh, cuma bisa merebut gebetan sepupu
sendiri apanya yang membanggakan?!
“Bagaimana kuliahmu?” Tanya appa.
“Ah, baik-baik saja.” Jawabnya
singkat.
“Apa kau jadi mengambil beasiswa
itu?”
“Ne, tentu.. aku sudah
memutuskannya.”
Oh. Jadi sebentar lagi hyung akan
keluar negeri. Hebat sekali dia. Itu bagus. Aku mendukung seribu persen hyung
untuk keberangkatanmu!
“Hyuk Jae, kalau bisa tolong kau
carikan informasi ya untuk Jinki. Dia itu malas sekali.” Ibu mulai lagi. Aku
pura-pura tidak mendengar dengan menambah porsi dagingku.
“Bukankah nilai-nilai Jinki cukup
bagus? Dia pasti juga bisa transit nantinya.”
“Iya, tapi dia sangat malas.
Kerjaannya hanya mendekam di kamar menonton TV dan kelayapan dengan Jonghyun.
Ibu khawatir dengan masa depannya.”
Huweekkk! Khawatir? Bandingkan saja
terus. Sebenarnya anak mereka itu aku apa Eunhyuk sih? Aku pun cepat-cepat
menghabiskan makananku dan permisi duluan.
“Aku duluan ya. Ada PR yang harus
kukerjakan.”
“Kau lihat sendiri kan? Anak itu
aneh sekali. Dia tidak pernah betah jika diajak membahas tentang masa depan.”
Kudengar ibu berkata lagi. Ukkhh!!
Samar-samar ku dengar Eunhyuk hyung
sudah mau pulang. Ah aku lega sekali. Weitz! Tunggu dulu! Ada yang kelupaan.
Aku pun langsung berlari menuju jendela dan membuka jendela. Benar saja!
Kulihat Eunhyuk hyung sedang mengobrol dengan Jesun di depan pagar rumah
sebelah. Ih.. menyempatkan sekali untuk bertemu. Jangan-jangan Hyuk akan sering
ke rumahku agar ada alasan untuk bertemu Jesun. Aku memperhatikan mereka sampai
akhir, takut-takut Hyung melakukan hal yang tidak-tidak dengan Jesun. Aku
sampai memasang teropong kecilku untuk mengamati mereka. Tapi hingga Hyung
pulang, tak ada satupun adegan romantis terjadi. Bukankah jika orang pacaran
paling tidak akan melakukan ciuman bibir? Aku saja dulu melakukan itu. Ah,
kurang seruuu. Sudahlah. Mungkin Hyung sedang tidak mood melakukannya, atau
bisa jadi dia malu melakukannya karena habis makan banyak di rumahku. Dia kan
tipe laki-laki yang perfeksionis. Setahuku begitu mengingat predikat yang ia
dapat saat ini di kampus dan juga di mata keluarga.
....................................................................................
Jesun Pov
Bolehkah aku mengatakan kalau hari
ini aku kesal level akut? Orang bodoh itu terlambat lagi, dan kini sonsengnim
menyuruhnya untuk duduk di sebelahku karena semua bangku sudah penuh. Coba saja
Eunsang tidak sakit! Pasti orang ini akan diusir untuk diam di luar kelas.
“Apa lihat-lihat?!” tanyaku sinis.
Aku merasa dia daritadi tidak tenang dan selalu melirik ke arahku.
“Galak sekali. Aku cuma..”
“Cuma apa? Kau punya pikiran mesum
kan melihatku dari atas sampai bawah begitu?”
“Cuiihh. PD sekali kau. Tadinya aku
cuma mau pinjam penghapus. Tapi tidak jadi.”
“Ya sudah. Bagus kalau begitu.lagi
pula penghapusku bilang tidak sudi dipinjamkan pada orang macam kau!”
Sampai pelajaran berakhir dia tak
berani lagi bicara denganku. Pokoknya besok-besok kalau Eunsang tidak masuk,
aku akan meminta orang lain untuk mengisi bangku di sebelahku.
“Jinki.. nanti ikut aku ya..”
kulihat Jonghyun menghampiri Jinki di sebelahku.
“Mau kemana? Aku sibuk.”
“Hei! Kita pergi ke gym. Bukankah
kau bilang mau latihan serius untuk membentuk otot-ototmu supaya tidak kalah
dengan En …” Jinki terlihat panik sambil membekap mulut Jonghyun. Dia menatap
ke arahku seolah merasa sangat malu.
Oh,, Dia mau pergi ke gym? Ya Tuhan.
Sulit kupercaya. Sepertinya anak itu makin lama makin tidak beres. Tapi apa
peduliku? Mungkin saja dia punya gebetan yang menuntutnya untuk melakukan itu.
................................................................................
“Oppa kenapa mengajakku ke sini?”
aku bingung. Daritadi Eunhyuk mengajakku berputar-putar tapi ujung-ujungnya
malah ada di sini.
“Kau tidak suka pantai ya?” tanyanya
sambil tersenyum lebar.
“Oh bukan begitu. Hanya saja kita
jauh sekali dari rumah. Aku kira kau akan membawaku ke luar kota tadinya. Ini
kan sudah hampir malam.”
“Bisa jadi. Aku mau menculikmu!”
katanya sambil mendekatkan wajahnya padaku. Aku jadi tidak tahu harus berbuat
apa. Aku sedikit takut.
“Ah .. ka .. kau jangan bercanda..
aku serius oppa.. untuk apa kita ke sini?” nada bicaraku mulai tidak stabil.
Ia kemudian menarik tanganku,
mengajakku berjalan menyusuri pantai yang dingin dan tidak banyak orang ini.
Sejujurnya aku sangat takut. Aku jauh dari rumah dan kami hanya berdua.
Bagaimana kalau dia melakukan sesuatu terhadapku? Huff.. jahat sekali. Bahkan
aku tidak mempercayakan diriku pada orang yang aku sukai. Ya, orang yang aku
sukai. Aku pikir Hyuk oppa sudah gila. Ia terlihat begitu aneh hari ini. Ia
malah mengajakku kembali ke mobil. Kami pun sama-sama terdiam, lalu ia memandangku.
Ia mendekatkan wajahnya, dan sepertinya ia mau menciumku. Aku tidak tahu harus
berbuat apa. Aku rasa sangat tidak menghormati jika aku menamparnya tiba-tiba
hanya karena dia mau menciumku. Bukankah seharusnya aku senang? Tapi aku justru
jadi tidak tenang. Baiklah. Aku pejamkan mata, tarik nafas, terima saja apa
yang terjadi nantinya. Tapi mendadak aku teringat sesuatu. Aku membuka mataku,
dan kulihat wajah Hyuk oppa dekat sekali sebentar lagi menyentuh wajahku. Tapi
melihat aku membuka mata, dia juga menghentikan niatnya. Sial!! Kenapa aku
harus membayangkan wajah orang itu?!!
.....................................................................................
Aku tidak tahu kenapa akhirnya aku
memutuskan untuk datang. Sejujurnya, aku belum siap. Tapi akhir-akhir ini aku
benar-benar tidak bisa berpikir dengan wajar. Jadi kuiyakan saja saat ia
mengajakku untuk bertemu hari ini. Sepertinya dia sudah menungguku lama. Aku
pun menghampirinya.
“Ehemmm ...”
“Eh, kau sudah datang. Aku kira kau
tidak akan datang.” Katanya sambil senyum-senyum. Mau apa sebenarnya orang ini?
“Aku sudah janji jadi aku pasti
datang. Aku tidak akan membuat janji kalau aku tidak bisa menepatinya.” Ujarku
datar sambil menatap ke atas. Ia menunduk.
“Iya maafkan aku. Aku tahu kau masih
kesal soal ....”
“Sudah cepat katakan. Waktuku tidak
banyak. Kenapa kau meminta bertemu sekarang?” aku segera memotong ucapannya.
“Baiklah aku tidak akan basa-basi.
Ini karena Eunhyuk hyung.”
Aku semakin tidak mengerti. Jujur
aku malas kalau harus membahas soal ini. Tapi anak ini meneruskan lagi
ucapannya.
“Dia meminta maaf padamu, meskipun
dia sudah pernah mengatakannya padamu.”
“Iya aku sudah memafkannya kok ..”
ujarku pasrah.
“Iya aku tahu. Sangat mudah bagimu
memaafkan dia. Tidak seperti aku yang sangat susah kau maafkan.”
“Kenapa kau selalu mengaitkan semua
hal dengan dirimu hah?” aku mulai kesal. Ingin sekali cepat-cepat turun dari
loteng dan bersiap mengambil langkah. Tapi dia justru menarik tanganku dan
tidak melepaskannya.
“aish! Lepaskan! Sakit tau!”
“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau
mengambil keputusan sepihak seperti itu ..” ia memasang muka serius dan tetap
tidak melepaskan tangan kananku.
“Hahahahhahaha… Lee Jinki! Mukamu
aneh sekali kalau memasang tampang sok serius begitu! Sudah ah.. aku mau turun,
tugasku masih banyak..” mendadak aku tertawa melihat ekspresinya.
“Hei! Aku serius. Aku masih belum
terima kenapa kau mengakhiri hubungan kita begitu saja waktu itu..” kali ini
dia menatapku lekat-lekat. Entah kenapa jantungku berdetak kencang. Sudah lama
aku tidak melihatnya dari dekat begini. Tapi aku rasa dia memang butuh
penjelasan.
“karena ada tiga hal yang aku benci
darimu..” ujarku singkat.
“Tiga hal? Apa itu?”
“Pertama, aku benci sepedamu. Kau
menjatuhkanku bersama sepedamu di depan umum waktu itu. Kau juga tidak meminta
maaf padaku. Kedua, aku benci kau dekat dengan Seungyon. kau terlalu banyak
meluangkan waktu untuk orang itu. Seringkali kau tidak menepati janji karena
gadis itu.”
“Lalu apalagi yang terakhir?”
“Ini kesalahan terbesarmu.”
“Apa? Beritahu aku..”
“Jadi benar ya ternyata kau belum
ingat juga sampai sekarang?” aku mendadak kesal lagi.
“Maaf tapi ..”
“Kau lupa hari ulang tahunku. Dan
hari itu kau malah pergi menemani gadis itu membeli buku.” akhirnya aku
mengatakannya. Kulihat segaris penyesalan di wajahnya.
“Iya itu salahku ... mungkin masuk
akal kenapa kau tidak bisa memaafkanku.”
“Bagus kalau kau menyesal ..”
“Jadi tidak ada alasan lain kenapa
kau memutuskanku kan?”
“Apa maksudmu?”
“Hmmm... aku kira kau malu waktu itu
karena aku ini kurus dan punya model rambut yang sedikit ketinggalan jaman.”
“Pikirkan saja sendiri ..”
“Tapi aku tidak menyukai Seungyon
sama sekali. Aku hanya membantunya belajar karena waktu itu aku dibayar untuk
mengajarinya ..”
Aku hanya diam saja. Kenapa jadi
membahas hal yang sudah lewat sih?
“Ya sudah. Kita tutup buku saja soal
ini.. aku mau turun..”
“Tapi aku ingin kita buka buku yang
baru lagi!” Jinki menghentikan langkahku lagi. Ia kemudian mengeluarkan sebuah
benda dari saku celananya. Sebuah kalung! Di sana terukir huruf JJ.
“Apa ini?” aku bertanya curiga.
“Kalung ini lambang cinta kita. JJ,
Jesun dan Jinki.” Katanya sambil tersenyum.
“Kau ini mau romantis tapi terlihat
konyol. Kata-katamu terlalu formal.” Ujarku menahan tawa.
“Kau ingat ini hari apa?” dia
bertanya padaku.
“Tidak.”
“Nah kau sendiri lupa dengan hari
penting. Kenapa menyalahkanku?”
“Sebenarnya kau mau bilang apa sih?”
“Hari ini adalah hari jadian kita
..”
“Kau sengaja mempersiapkan ini ya?
Semua ini disengaja kan?”
“Kita jadian lagi yaaa .. ya ya ya
..” Jinki memohon dengan ekspresi aneh sambil memasangkan kalung itu di
leherku. Entah kenapa aku hanya diam saja dia melakukan itu.
“Kenapa diam? Kau masih belum terima
Eunhyuk hyung meninggalkanmu ke Paris ya?”
Aku tetap diam. Aduh! Kenapa begini
jadinya sih?
“Sudahlah . Hyung menyuruhku untuk
menghiburmu. Dia sudah menyerahkan sepenuhnya hak asuhmu kembali padaku.
Lagipula dia bilang lebih tertarik gadis bule ketimbang gadis Korea sepertimu.
Tidak ada alasan lagi kan untuk menolakku?”
Ini seperti cerita film. Aku
mendadak seperti orang bodoh di depannya. Huh! Eunhyuk oppa bilang apa saja sih
pada orang ini?! Tapi aku memang merindukan orang di depanku ini. Entah
mendapat keberanian darimana, tanganku refleks memeluknya. Aku mencium bau tubuhnya
yang sudah lama sekali tidak aku rasakan. Perlahan kurasakan juga tangannya
memelukku. Apa ini berarti aku sudah memaafkan dia?
Tiba-tiba terdengar suara berisik
dari atas. Ternyata kembang api. Indah sekali. Berwarna-warni…
“apa-apaan ini?! hei kalo ibuku tahu
dia bisa marah-marah ada keributan malam-malam.." kataku panik.
"Gwaenchana.. tak akan ada yang
marah.." Jinki menggenggam sebelah tanganku.
"Dan kau juga mempersiapkan
ini?”
“He’eh. Iya.. kau suka? Berarti
Jonghyun tak sia-sia menyiapkan ini.” Dia hanya menyeringai lebar. Matanya jadi
semakin sipit dan lucu kalau seperti ini.
“Huh, kau selalu saja membawa-bawa
anak itu..”
“Tapi aku tahu ini tidak akan
sia-sia. Karena aku yakin akan mendapatkanmu kembali malam ini ...”
~THE END~
This Smile only For You (One Shoot)
Cast :
Lee Sungmin
Lee Teuk
Song Raerin
Cho Kyuhyun
Sungmin Pov
“Oppa, aku mau kita putus.”
“Waeyo? Apa salahku? Apa aku kurang
baik padamu?”
“Tidak oppa. Kau justru sangat baik
padaku sampai-sampai kau sudah seperti ibuku.”
“Lalu kenapa?”
“Aku malu pacaran denganmu. Kau
terlalu feminin untuk jadi pacarku!!” Dia berteriak hingga semua orang di cafe
memperhatikan kami.
Dia pun pergi, tanpa peduli apakah
aku mau melepasnya atau tidak.
Aku terbangun oleh sebuah suara yang
sangat familiar di telingaku. Ketika aku membuka mata, aku melihat Kyuhyun
sudah ada di kamarku sambil bersenandung tak jelas. Melihatnya, aku sadar kalau
ternyata tadi aku cuma bermimpi. Ya, aku bermimpi tapi mimpinya sangat tidak
mengenakkan.
“Hei kenapa mukamu jadi pucat
begitu? Apa kau bermimpi dikejar Hodong Sunbae?” tanya Kyuhyun sambil
menyalakan TV di kamarku.
“Aniyo. Aku memang bermimpi, mimpi
buruk malah. Tapi ini lebih sial dari yang tadi kau katakan.” Jawabku masih
dari tempat tidurku. Enggan sekali rasanya beranjak.
“He?” Kyuhyun melongo melihat
tayangan di TV. Sepertinya ia tak mendengarkan ucapanku tadi.
“Kyu, jawab jujur. Apa aku ini
kurang gentle dan maskulin untuk menjadi seorang pria?”
Kyuhyun menoleh.
“Aku tidak mengerti apa yang kau
katakan dari tadi. Lebih baik cepat mandi, ini sudah jam 9.” Kyuhyun
melemparkan handuk tepat ke wajahku yang masih kusut.
“Tapi aku tidak mau mandi kalau kau
belum menjawab pertanyaanku.” Aku memaksanya untuk menjawab.
“Kau benar-benar ingin aku
menjawabnya? Kau terlalu banyak bicara daritadi. Seperti perempuan.” Kyuhyun
lalu keluar kamarku.
Apa benar yang tadi dikatakannya??
Ya Tuhan!!
Hari ini aku dan Kyuhyun berjanji
untuk pergi melamar kerja. Kami baru saja lulus kuliah di jurusan yang sama,
yaitu bahasa Inggris. Aku sudah berteman dengannya sejak SMA. Meskipun Kyuhyun
bukan orang yang baik bagi orang lain, tapi dia sahabat yang sangat baik
bagiku. Setahuku selama aku berteman dengannya, belum pernah ia pamrih ataupun
membuatku kecewa. Terkadang aku tidak enak dengannya. Kedekatan kami sering
membuat orang lain salah paham. Aku terkadang kasihan pada Kyuhyun. Pernah
suatu ketika ia ditolak oleh gadis yang dia sukai hanya karena gadis itu
mengira Kyuhyun bukan pria normal. Aku sering meminta maaf padanya karena hal
seperti itu, tapi dia selalu saja mengatakan kalau kesalahanku nanti akan
ditotalkan di neraka.
“Sungminnie, bagaimana hari ini? Apa
ada perkembangan positif?” tanya Teukie hyung. Dia adalah kakak kandungku.
“Belum hyung, tadi siang aku baru
mengajukan lamaran ke perusahaan ayahnya Kyuhyun. Aku harap bisa diterima.”
“Anak itu sendiri bagaimana?” Teukie
hyung bertanya lagi.
“Ah, dia itu sok sibuk. Sudah pasti
akan mendapatkan posisi di kantor ayahnya, tapi masih berlagak ingin mencoba di
perusahaan lain.”
“Yah, mungkin dia tidak mau
bergantung pada keluarga. Oh ya, besok kau ada waktu kan? Aku perlu bantuanmu
dari siang sampai sore.”
“Ada apa hyung?” tanyaku penasaran
sambil menyeruput susu coklat yang dibuatkan hyung untukku.
“Besok aku akan sibuk sekali di
rumah sakit. Aku mau minta tolong kau menemani seseorang. Tugasmu hanya
menghiburnya dan menemaninya. Bisa kan?”
“Apa dia pasienmu?”
“Ne. Tapi dia bukan hanya sekedar
pasien untukku.” Teukie hyung tersenyum.
“Aha~ apa dia sangat spesial bagimu
hyung? Aku rasa dia seorang gadis.” Ujarku menggodanya. Jujur aku sedikit iri.
“Tentu saja dia sangat spesial.
Sudah ya. Aku mau tidur dulu. Besok pagi harus ke rumah sakit pagi-pagi sekali.
Ingat pesanku.”
“Tapi di mana tempatnya hyung?”
“Besok saja aku sms ke nomormu.”
Teukie hyung memang bertanggung
jawab. Sejak kecil ia punya ambisi menjadi seorang dokter. Dan karena
kegigihannya, ia berhasil mewujudkan cita-citanya dan berhasil pula ditempatkan
di rumah sakit pusat di Seoul. Aku yakin ayah pasti bangga padanya. Begitu juga
dengan ibu yang sudah ada di alam sana. Sejak SMA, aku sudah tingal berdua
dengan hyung di Seoul. Sejak ibu meninggalkan kami karena sakit, ayah
memutuskan untuk pindah ke Tokyo dengan dalih mengurus bisnisnya di sana.
Padahal kami tahu dia hanya ingin melupakan kenangan yang bisa membuatnya
tambah bersedih karena ditinggal ibu. Aku percaya ayah adalah orang yang kuat.
Begitu juga dengan Teukie hyung. Keberadaannya di sini bagaikan seorang ayah
juga untukku. Mereka berdua benar-benar lelaki yang hebat dan patut ditiru. Itu
dia mengapa aku selalu merasa kurang berguna dan tidak seperti mereka. Ayahku
sangat berwibawa. Teukie hyung juga demikian. Dari sejak masih kuliah, banyak
gadis yang menyukainya dan mengirimkan hadiah ke rumah kami. Berbeda sekali
denganku. Aku justru susah sekali menemukan pasangan. Bahkan beberapa waktu
lalu aku baru saja patah hati karena pacarku meninggalkanku dengan alasan yang
tidak masuk akal. Dia bilang aku terlalu feminin.
Raerin Pov
“Annyeong ..” aku mendengar sebuah
suara mendekat.
“Annyeong .. siapa kau?” aku
bertanya membalas sapaannya.
“Aku Lee Sungmin. Adik kandung
dokter Teukie. Hai tuan putri.. apa kabarmu hari ini?” dari suaranya sepertinya
dia orang yang ramah. Sama persis dengan kakaknya itu.
“Ah.. ne. Aku baik sekali hari ini.
Seperti yang kau lihat bukan?” aku memberikan senyumanku padanya.
“Oh ya Tuan putri, siapa namamu?” Ia
bertanya. Aku rasakan dia duduk di sebelahku.
“Aku Raerin. Song Raerin.Oh ya,
jangan memanggilku tuan putri lagi yaa. Aku risih. Panggil saja aku Raerin.”
Pintaku padanya.
“Oh, miane kalau aku berlebihan.
Kalau begitu kau panggil aku oppa ya? Aku dengar dari Teukie hyung usiamu baru
saja menginjak 20 tahun. Berarti aku lebih tua darimu.”
Sepertinya orang ini manis sekali.
Sama seperti dokter Teukie. Aku merasa senang ditemani olehnya hari ini. Dia
mengajakku jalan-jalan di taman, membelikanku es krim, dan membuatkan segelas
jus buah segar untukku. Andai saja aku tidak dalam keadaan sakit seperti ini,
aku ingin juga melakukan sesuatu yang berguna. Tidak hanya untuknya, tapi juga
untuk dokter yang sudah berbaik hati menjagaku selama ini. Pokoknya begitu aku
sembuh, aku pasti akan melakukan sesuatu untuk dokter baik itu. Ia adalah dewa
penyelamatku. Aku sangat mengaguminya. Bahkan di saat ia tak bisa menemaniku,
ia menghadirkan malaikat pengganti untukku.
@Sungmin pov
“Sebentar yaa . aku angkat telpon
dari pacarku dulu.” Ujar Kyuhyun.
Aku tahu, pacarnya itu pasti
marah-marah lagi jika tahu Kyuhyun sedang bersamaku saat ini. Sudah kukatakan,
semua gadis yang pernah menyukainya, pernah menjadi mantan pacarnya, dan juga
sedang menjadi pacarnya pasti mengenalku. Gadis-gadis protektif itu
selalu menjadikan aku sebagai masalah dalam hubungan mereka dengan
Kyuhyun. Tapi Kyuhyun memang bebal. Ia tidak pernah menganggap itu masalah.
“Dia marah-marah lagi padamu kan?”
tanyaku untuk yang kesekian kalinya.
“Tenang saja. Wanita hanya perlu
waktu satu jam untuk memulihkan amarah dan rasa cemburu. Apalagi dia cemburu
padamu. Aku rasa dia sudah terbiasa.”
“Kyu, aku tidak mau jadi masalah
terus. Aku tidak mau merepotkanmu berlebihan lagi. Jadi kau bisa punya banyak
waktu dengan pacarmu.”
“Sekalipun kau tidak mau
merepotkanku, aku yang pasti akan mencari masalah untuk bisa membuatmu kerepotan.”
Kyuhyun tersenyum sinis. Anak itu!
“Kyu, kemarin aku bertemu dengan
seorang gadis yang manis. Dia manis sekali.”
“Oh ya? Siapa dia? Kenalkan padaku.
Siapa tahu dia juga akan marah karena mengira kita homo.” Kyuhyun tertawa.
“Marah? Untuk apa dia marah? Dia kan
tidak suka padaku.” Jawabku.
“Kenapa? Karena dia juga mengatakan
kau terlalu feminin?”
“Tidak. Dia tidak mungkin akan
mengatakan itu.” Ujarku sambil menatap rumput yang bergoyang di depan rumah.
“Lalu? Aku benci sekali sikapmu yang
sok membuat orang lain penasaran.”
“Dia pasien Teukie hyung.”
“Lalu apa hubungannya? Dia seorang
wanita kan, bukan pria?”
“Tapi dia bukan sekedar pasien saja.
Teukie hyung menyukainya. Dan aku rasa gadis itu juga menyukai Teukie hyung.”
“Darimana kau tahu hal itu?”
“Kakakku sendiri yang bilang padaku
kalau gadis itu sangat spesial baginya. Dan selama aku menemaninya kemarin
untuk menggantikan hyung, gadis itu banyak sekali bercerita tentang hyung. Dia
bilang dia mengagumi Teukie hyung. Ah.. kakakku memang hebat.”
“Oh seperti itu. Tapi feelingku
mengatakan berbeda. Aku rasa kau hanya perlu kegigihan. Mereka belum resmi
pacaran kan?”
“Sudahlah Kyu. Ini bukan bidangmu.
Aku tak percaya pada saranmu. Biarkan saja begini. Aku akan berteman saja
dengannya.”
Gara-gara obrolan dengan Kyuhyun
tadi siang, aku jadi semakin memikirkan Raerin. Hanya beberapa jam bersama saja
sudah membuatku tertarik padanya. Dia memang sangat manis dan baik hati. Bahkan
dengan ketidaksempurnaan yang ada padanya, ia bisa tersenyum dan mencoba membuat
hati orang lain senang. Dan yang paling membuatku tidak bisa melupakannya, dia
punya lesung pipit yang indah. Sama seperti Teukie hyung, lesung pipitnya unik.
Mungkin mereka memang berjodoh.
Keesokan harinya ...
“Sungminie, Raerin sepertinya nyaman
denganmu. Nanti kau ke sana lagi ya. Kemarin di telpon dia menanyakanmu.”
“Ah, jangan bercanda hyung, aku rasa
dia merindukanmu. Waktu itu dia banyak sekali bercerita tentangmu. Pasti akan
lebih baik kalau kau yang menemaninya.” Ujarku menanggapinya.
“Bukan itu masalahnya, sekarang pun
aku tidak bisa berkunjung untuk menjenguknya. Rumah sakit membutuhkanku untuk
pelaksanaan operasi.”
“Tapi hyung ..”
“Ah, begini saja. Anggap saja kau
bekerja padaku. Daripada kau menghabiskan waktumu untuk hal yang tidak jelas,
lebih baik kau membantuku menjaganya mulai saat ini. Terutama jika aku tidak
bisa menemaninya. Aku akan membayarmu untuk itu. Bagaimana?” Hyung memberikan
penawaran terbaiknya.
Hmm, ini bagus. Kalau alasannya aku
bekerja padanya, aku tidak perlu merasa tidak enak. Lagipula aku bisa bertemu
dengannya hampir setiap hari. Ah hyung, sering-seringlah kau sibuk kalau
seperti itu.
“Baiklah. Aku setuju.” Jawabku
menandakan kami sepakat.
Seperti perintah Teukie hyung, hari
ini aku datang lagi ke rumahnya. Aku membawa kejutan untuknya, yaitu seikat
bunga mawar. Aku harap dia suka bunga meskipun aku tahu dia tidak bisa
menikmati keindahan bunga secara sempurna.
“Annyeong Raerin sshi ..” sapaku
ramah.
“Sungmin oppa, kau kah itu?” ia
menjawab, lalu membalik badannya.
“Iya, ini aku. Dan kau tahu? Aku
membawa hadiah untukmu hari ini agar kau tersenyum.” Aku ingin membuatnya
senang.
“Apakah itu? Ah, kau agak
berlebihan. Hadiah pasti akan membuatmu kerepotan.”
“Tidak apa-apa. Aku senang kok.
Lagipula aku datang ke sini memang untuk menemani dan menghiburmu kan ..”
“Hahahaa, iya kau benar, dokter
menyuruhmu ke sini untuk menggantikannya. Ah, kenapa dia sangat sibuk ya
akhir-akhir ini.. aku rindu sekali padanya.”
Ah, dia menanyakan hyung lagi. Ini
sedikit membuatku kesal. Tapi aku sedikit terpengaruh juga dengan apa yang
dikatakan Kyuhyun. Aku hanya perlu kegigihan.
“Kalau boleh aku tahu, apa kau
menyukai kakakku?” aku memberanikan diri bertanya padanya.
“Tentu saja aku menyukainya. Wanita
manapun pasti akan menyukai lelaki berhati malaikat seperti dia.”
“Kenapa kalian tidak pacaran saja?”
ah, aku mengajukan pertanyaan yang makin membuatku terlihat bodoh di depannya.
“Pacaran? hahaha.. aku akan sangat
senang kalau saja dia menyatakan cinta padaku. Dengan senang hati aku akan
menerimanya.” Ia menjawab pertanyaanku sambil tersenyum bahagia.
Aku rasa Raerin benar-benar menyukai
hyung. Wajahnya selalu saja bersinar dan berseri-seri setiap kali kami
membicarakan hyung.
“Hmm.. aku bisa membantumu. Aku akan
menjadi cupid yang akan menyatukan kalian.” Ujarku tiba-tiba. Apalagi yang aku
katakan! Kyuhyun pasti akan tertawa sampai guling-guling jika melihatku
sekarang.
“Oh ya? Baiklah oppa. Aku senang
sekali jika kau bisa mewujudkan itu.” Raerin seolah menantangku.
“Tentu saja aku bisa. Kau tenang
saja.” Jawabku mantap.
Begitulah. Sambil menunggu panggilan
dan wawancara kerja, aku menghabiskan waktuku untuk menggantikan hyung menjaga
bidadari kecilnya ini. Sepertinya hyung benar, Raerin nyaman berada di dekatku.
Kalau saja aku bisa tetap menjaganya seperti ini. Ah, betapa itu akan sangat
menyenangkan. Tapi hyunglah yang nanti akan menjadi pendamping hidupnya. Aku
yakin hyung punya alasan tersendiri kenapa ia tidak megatakan rasa cintanya
pada gadis manis itu. Memang usia mereka terpaut tujuh tahun. Tapi itu bukan
halangan aku rasa. Mungkin saja hyung akan melamarnya ketika Raerin sudah
benar-benar dewasa. Dengan kondisi Raerin yang seperti sekarang ini, aku rasa
hyung memang orang yang tepat untuk menemaninya seumur hidup. Tidak hanya
menjadi suaminya, hyung akan menjadi dokternya juga sampai mereka tua nanti.
“Sungminnie, ada satu hal yang ingin
kuberitahukan padamu.” Ujar Teukie hyung.
“Mengenai Raerin?” aku bisa membaca
isi pikirannya.
“Iya. Aku akan melakukan operasi
padanya minggu depan. Setelah selama ini aku mengumpulkan tim terbaik dan
fasilitas yang memadai, aku rasa sudah waktunya untuk melakukan operasi itu.”
Hyung terlihat serius dengan perkataannya. Tentu saja harus serius. Ini masalah
nyawa seseorang. Apalagi itu Raerin.
“Jinja?! Ah itu bagus hyung, aku
juga ingin melihatnya bahagia secara utuh. Apa kau sudah memberitahunya?” aku
pun ikut bersemangat mendengar itu.
“Belum. Tapi nanti aku akan
memberitahunya. Kebetulan dia akan berulang tahun. Aku sangat ingin ini menjadi
hadiah terindah baginya. Semoga operasinya berhasil.”
@Rumah Sakit pusat Seoul
“Dokter, aku takut.” Raerin
menggenggam tangan Teukie hyung erat.
“Sudahlah. Lawan rasa takutmu. Ini
tidak akan lama. Kau percaya padaku kan?” Hyung menenangkannya. Aku hanya bisa
membisu menyaksikan adegan mengharukan ini. Andai saja aku seorang dokter
seperti hyung.
“Aku selalu percaya padamu. Tapi ini
berat sekali. Aku ingin menangis.”
“Kenapa kau harus menangis untuk
menyambut kebahagiaanmu?” Hyung mencoba meyakinkannya.
Akhirnya operasi dilakukan. Aku pun
menunggu dengan cemas. Kakak kandung Raerin juga datang. Ia khusus pulang ke
Seoul dari Beijing untuk menemani operasi adiknya. Aku percaya Teukie hyung
pasti mengusahakan yang terbaik. Dia dokter yang pintar dan sangat bisa
diandalkan. Ya Tuhan, aku benar-benar ingin melihat Raerin tersenyum dengan
kesembuhannya. Berikanlah kelancaran dalam operasi ini.
…………………………………………………………………………………………….
“Huff .. aku lega sekali.”
“Bagaimana perasaanmu hyung?”
tanyaku padanya. Aku lihat suatu beban berat di wajahnya.
“Entahlah. Tapi tadi kami sudah
melakukan yang terbaik. Kita lihat besok pagi. Biarkan saat ini dia
beristirahat.”
Raerin memang masih tidak sadarkan
diri sejak operasi dilangsungkan.
Keesokan harinya..
@Raerin Pov
Aku sangat deg-degan. Aku harap hari
ini aku benar-benar bisa menikmati kehidupanku yang baru. Aku rasakan banyak
orang-orang terdekatku. Mereka pasti sangat mengharapkan yang terbaik. Ya
Tuhan, aku serahkan ini semua padamu. Jika memang aku bisa sembuh, aku akan
sangat bahagia.
Seseorang mulai membuka perban.
Jantungku berdetak seribu kali lebih cepat. Bagaimana kalau semuanya tidak
sesuai harapan?
“Raerin, bukalah matamu.”
Dokter Teukie berbisik di telinga kananku.
Aku membuka mataku. Perlahan-lahan.
Aku takut, tapi aku melihat sesuatu yang berbeda. Dulu semua gelap, tapi kini
aku melihat sesuatu yang berbeda. Inikah cahaya?? Aku melihat sosok suster di
sebelahku. Ketika aku menoleh, aku melihat sosok orang berpenampilan dokter.
“Dokter, kaukah ini?”
Dia mengangguk. Aku pun langsung
memeluknya. Dia sangat terharu. Ia menangis terisak.
“Raerin, kau sudah bisa melihat
sekarang. Aku senang sekali.” Ujarnya terharu.
Aku pun tak kuat menahan air mataku.
“Dokter,, akhirnya aku bisa
melihatmu.” Aku bahagia.
Seorang wanita di sebelah Dokter
juga memelukku.
“Onniee …”
“Iya Raerin, kau bisa melihat
sekarang.” Ujar Hyomin onnie. Dia masih memelukku erat.
Berikutnya aku melihat seorang
lelaki. Dia tersenyum manis. Sangat manis. Belum pernah aku melihat senyum seorang
lelaki semanis itu.
“Sungmin oppa? Kaukah ini?” Aku pun
memeluknya.
“Iya, ini aku, Raerin. Akhirnya kau
bisa melihat lagi.” Ujarnya tersenyum.
Aku benar-benar bisa melihat. Tapi
yang paling membuatku bahagia adalah aku bisa melihat orang-orang yang selama
ini baik padaku. Terutama Dokter …
Satu bulan kemudian ..
Sungmin pov
“Hyung, kau sangat tampan dengan
pakaian ini. “ aku memukul lengannya.
“Hei! Jangan sembarangan memukulku.
Nanti kalau bajuku rusak, aku tidak terlihat tampan dan gagah lagi di depan
calon istriku.”
“Hahahaha, tenanglah Hyung. Kau
selalu terlihat tampan dan gagah setiap saat.” Aku menghiburnya. Aku tahu dia
sangat deg-degan. Hari ini adalah hari pernikahannya.
“Apa kabar calon istriku?” Hyung
bertanya padaku.
“Sabarlah sebentar lagi. Ia sangat
cantik pastinya.”
Kyuhyun menelponku. Ia mengatakan
sudah saatnya Teukie Hyung keluar menuju gereja.
Aku melihat semua orang berkumpul.
Ada ayah kami, begitu juga dengan undangan yang hadir. Kulihat Raerin. Dia
terlihat sangat cantik dengan gaun putih sederhana dan bunga di tangannya.
Kapan ya aku bisa menikah seperti Teukie Hyung?
Pengantin wanita berjalan perlahan.
Raerin mengikuti di belakangnya. Ya, dia menjadi pengiring pengantin. Dan
sebentar lagi, Hyomin Noona resmi akan menjadi kakak iparku.
“Aku senang melihat onnie bahagia.
sayang sekali ayah dan ibu kami sudah tiada. Mereka pasti akan sangat bangga
dengan calon menatunya. Dokter orang yang bertanggungjawab. Dia tak hanya
mencintai kakakku, tapi dia juga menjagaku dengan sangat baik saat kakak ada di
Beijing. Andaikan aku juga bisa menemukan pria seperti Dokter.” Kata Raerin
sambil memandang ke arah pengantin.
“Raerin ah~ lihatlah pria tampan di
sebelahmu ini. Dia bersedia dan siap lahir batin untuk menjadi calon suamimu.”
Kyuhyun tiba-tiba nyeletuk sambil melirik ke arahku.
“Hei! Apa yang baru saja kau
katakan?” Aku malu! Menyesal mengajak Kyuhyun. Ini pertama kalinya dia
membuatku sangat malu. Di depan gadis yang aku sukai.
Tapi kulihat Raerin memandangku
sambil tersenyum. Perlahan ia menggandeng tanganku. Apa maksudnya semua ini?
“Oppa.. aku mengontrak senyum
manismu seumur hidup.” Ujarnya tiba-tiba.
"Upz.. aku pergi dulu.
Sepertinya udara si sini sudah berbeda." Kyuhyun pergi begitu saja.
Aku memandang Raerin. ternyata
Kyuhyun benar. Aku hanya perlu kegigihan untuk meluluhkan hatinya. Ternyata
selama ini aku memang salah paham. Hyung sangat menyayangi Raerin karena Raerin
adalah calon adik iparnya. Aku baru tahu itu. Tapi aku tahu, sekarang ada
seorang gadis yang bisa menerimaku apa adanya. bahkan ia memuji senyumanku yang
kata orang-orang senyum ini membuatku terlihat terlalu manis sebagai seorang
pria. Saranghae Raerin sshii .....
~THE END~
My
Hospital Boy (One Shoot)
Author : Ayu Eonni ^^
Main Cast :
Cho Kyuhyun
Kang Minji
Namaku Kang Minji. Waktu itu, tiga
tahun yang lalu. Aku masih ingat dengan sangat jelas. Itu pertama kalinya aku
bertemu dengannya. Waktu itu aku berulang tahun yang ke-18. Tapi bukannya
mendapat hal istimewa, aku justru mengalami musibah yang sangat menyedihkan.
Pacarku selingkuh dengan gadis lain, dan aku tepat mengetahui kebusukannya saat
hari ulang tahunku. Aku menangis malam itu. Sendirian. Di halte bis. Aku bahkan
tak punya kekuatan untuk pulang hingga hujan turun saat itu. Aku baru sadar
kalau aku sudah menangis sejak lama ketika seseorang menghampiriku. Ia sedang
menunggu bis malam. Aku tidak mengenalnya, tapi ia tersenyum sambil mengucapkan
hal yang aku sendiri tak paham maksudnya waktu itu.
“Sayang sekali aku seorang pria,
jadi aku tak bisa menangis lepas sepertimu.” Hanya itu yang dikatakannya. Aku
sendiri tidak memberikan tanggapan, karena yang ada di pikiranku saat itu
adalah aku sedang patah hati. Dan yang aku tahu, patah hati itu sangat tidak
mengenakkan.
Ketika aku masuk Universitas
Kyunghee, aku bertemu lagi dengannya. Ternyata dia adalah kakak kelasku di
jurusan yang sama yaitu musik modern. Dari hubungan antara kakak dan adik kelas
itulah akhirnya kami jadi saling mengenal satu sama lain. Dia begitu baik, pintar,
dan yang membuat aku tidak bisa melupakannya adalah dia punya senyum yang
sangat indah. Kata Eunhyuk oppa yang juga temannya, dia adalah salah satu
mahasiswa teladan di kampus ini. Banyak gadis-gadis yang mendekatinya, namun
tak satupun pernah mengisi hatinya. Aku pun menjadi salah satu dari gadis-gadis
itu. Yah, aku menyukainya. Sangat menyukainya bahkan. Karena perasaan yang aku
miliki padanya, aku berusaha untuk selalu bisa dekat dengannya, masuk klub yang
sama dengannya, mengerti kebiasaan main gamenya yang sangat parah hingga dini
hari, dan membantunya mengerjakan tugas kuliah jika ia perlu bantuan. Beberapa
bulan hal itu kulakukan, tak kulihat tanda-tanda bahwa dia menyukaiku. Dia
sangat baik padaku, tapi ia tak pernah mengatakan hal semacam dia menyukaiku,
atau sejenisnya. Jujur, aku ingin mengungkapkan perasaanku padanya. Hanya
karena seorang Cho Kyuhyun, aku akan mengatakan perasaanku pada seorang pria
untuk pertama kalinya seumur hidupku.
@Perpustakaan Kyunghee
Dia malah tersenyum.
“Kenapa kau tertawa? Aku serius.”
Ujarku berusaha meyakinkannya.
“Hahahaha.. tidak. Aku heran, kau
ternyata gadis yang berani.” Dia tertawa lagi, dan terlihat sangat manis.
“Aku memang menyukaimu. Dan aku rasa
aku harus mengatakan itu. Apa itu salah?” aku berusaha terlihat tidak murahan
dengan kepolosanku.
“Kau gadis pertama yang bilang suka
padaku. Tidak pernah ada yang berani menyatakan langsung padaku. Semua hanya
berani mengirim sms dan menulis surat saja.” Ujarnya lagi. Kali ini
ekspresinya lebih serius.
“Berarti aku spesial.” Balasku.
“Lalu kau mau apa?” Dia memandangku
lekat.
Deg! Namja ini! Sudah membuatku
nyaris gila sekarang dia mau membunuhku ya? Untuk bilang suka padanya saja aku
harus latihan selama berhari-hari. Lalu apa aku harus bilang juga padanya kalau
aku ingin dia jadi pacarku? Ternyata Kyuhyun pria bodoh. Masa tidak mengerti
dengan umpan yang aku berikan tadi. Haruskah aku juga yang meminta dia jadi
pacarku? Banting harga dua kali lipat.
Ah.. aku sudah terlanjur basah.
Sekalian saja aku nyemplung ke kolam penderitaan berdarah ini.
“Aku ingin jadi pacarmu.” Jawabku
polos tanpa ekspresi.
“Jinja? Jaminan apa yang bisa kau
berikan padaku?” Dia mulai lagi. Aku sudah ada di ujung kesabaranku.
“Aku akan jadi pacar yang baik
untukmu. Menerimamu apa adanya oppa ..” Hatiku bergetar hebat mengatakan ini.
Ingin menangis rasanya.
Ia terdiam sejenak, lalu memandangku
lagi.
“Baiklah. Karena kau gadis pertama
yang menyatakan cinta padaku, aku mau jadi pacarmu.”
APA????!!! Semudah itukah alasannya?
Aku lega, tapi tak yakin. Ya sudah, sekarang Kyuhyun pacarku. Aku tidak peduli
yang lain. AKU SENANG SEKALI!
Aku masih tidak percaya. Dia mau
jadi pacarku padahal sedikitpun dia tidak mengatakan jika dia suka padaku. Tapi
aku menjaga emosi untuk tidak menanyakan hal itu padanya. Sudah cukup aku
berbuat bodoh di depannya. Sebulan pacaran, aku merasa sangat senang. Kyuhyun
benar-benar baik padaku. Aku tidak peduli dia menyukaiku atau tidak, tapi dia
benar-benar memperlakukanku seperti seorang pacar. Dia menelponku setiap malam,
mengajariku main game, dan ia selalu mendengarkan keluh kesahku. Belum pernah
dia melakukan hal romantis semacam memberi bunga atau sejenisnya. Tapi aku rasa
aku tak perlu itu. Aku yakin keberadaanku mebuat iri gadis-gadis lain. Namun
hal ini kebanggaan, karena akulah pemenang hati seorang Cho Kyuhyun.
Setahun kemudian..
“Oppa, bagaimana kalau akhir pekan
besok kita ikut mendaki gunung bersama yang lain?” Ujarku sambil menemaninya
bermain game di laptopnya. Aku sedang bermain ke apartemennya.
Dia menghentikan sejenak
aktivitasnya, mengeryitkan alis, dan melanjutkan lagi permainannya.
“Iya kita naik gunung. Lagipula
selama ini kita selalu menghabiskan akhir pekan dengan menonton, makan, dan
main game di apartemenmu. Aku bosan.”
“Kau benar merasa bosan?”
pertanyaannya tidak penting. Aku hanya mengangguk.
“Kalau begitu pergilah.” Ujarnya
tanpa ekspresi.
“Tanpa kau? Bagaimana bisa? Aku
jelas akan pergi kalau kau ikut. Ayolah, Sungmin, Donghae, Eunhyuk dan yang
lainnya semua membawa pasangan masing-masing. Teman-temanku juga mengajak
pasangan. Masa aku mau jadi obat nyamuk seharian?” aku berusaha membujuknya.
“Aku sudah bilang pada mereka tidak
bisa ikut.” Ujarnya tetap dengan mata tertuju pada laptop.
“Iya tapi kenapa?” Aku penasaran.
“Pergilah kalau memang kau sangat
ingin pergi.”
Aku kesal. Akhirnya aku memutuskan
untuk pergi meninggalkannya sendirian di apartemen. Kenapa Kyuhyun tidak mau
ikut? Bukankah semua teman-temannya ikut? Bahkan dia tidak merespon keinginanku
dengan serius. Yang ada di kepalanya hanya game! Kapan dia mau mengerti kalau
aku ingin suasana baru? Apa dia benar-benar tidak serius selama setahun ini
denganku? Aku benar-benar kesal kali ini. Kulihat ponselku, tak satupun
tanda-tanda dia menghubungiku. Huh, aku sering berbeda pendapat dengannya. Tapi
aku tak pernah merasa sekesal ini padanya. Bahkan kali ini ia pun tidak
menghubungiku!
Beberapa hari kemudian,,
Teman-temanku akhirnya berangkat
juga naik gunung. Aku tidak jadi ikut. Biar bagaimanapun, aku tidak bisa pergi
tanpa Kyuhyun. Aku masih menghargainya meskipun sudah beberapa hari ini
hubungan kami tidak wajar gara-gara penolakannya waktu itu. Aku masih belum
bicara banyak dengannya, meskipun aku tahu itu sangat menyiksaku. Aku cuma
ingin mengujinya, apa dia benar-benar peduli padaku atau dia benar mau jadi
pacarku hanya karena kasihan aku menyatakan perasaanku duluan padanya. Huff..
tapi bukannya membujukku supaya baikan, dia malah jadi jarang menghubungiku.
Sudah dua hari ini tidak menelponku, dan di kampus pun kami jadi jarang
bersama. Kami hanya bertemu di klub kesenian, dan itupun sebatas hubungan aku
seorang sekretaris dan dia adalah ketua klub kami. Tak sedikitpun dia
menanyakan apakah aku sudah makan siang, ataukah ada tugas kuliahku yang belum
terselesaikan. Tapi aku tahu, sesekali ketika rapat ia melirik ke arahku dengan
tatapan rindu. Aku tahu itu. Tapi aku mencoba menahan diri untuk tidak
mengalah. Bodoh sekali jika gengsi lebih penting dari segalanya, seperti yang
aku rasakan saat ini.
“Minji, pulang saja. Ini sudah
malam. Biar aku selesaikan.” Ujar Key, dia adalah ketua divisi tari di klub
kesenian kami.
“Ah tidak, ini kan tugasku. Kau
masih harus sibuk memikirkan koreo kan untuk pementasan?”
“Iya tapi aku pria. Aku bisa diam di
sini dan merapikan surat-surat ini sampai malam. Pulanglah.” Bujuknya. Di sini
memang hanya tinggal beberapa orang. Semua sudah mau pulang.
“Sudah, tidak apa-apa. Ini juga
tidak banyak kok.” Ujarku sambil tersenyum.
“Tapi tadi Kyuhyun hyung berpesan
padaku agar kau pulang jangan larut malam. Dia mengkhawatirkanmu.”
Apa? Kyuhyun itu sebenarnya kenapa?
Aku sungguh tidak mengerti jalan pikirannya. Bahkan untuk hal seperti ini saja
ia tak mau bicara padaku, malah menyuruh orang lain menyampaikannya. Apa
gengsinya sebegitu tinggi? Baiklah. Kita lihat saja gengsi siapa yang lebih
tinggi. Aku atau dia.
@Perpustakaan Kyunghee
Aku duduk di salah satu bangku.
Membaca sebuah buku, sendirian, mencari ilham. Daritadi aku dan Kyuhyun sms-an,
tapi hampa sekali rasanya. Entah apa yang kami bahas. Yang bisa aku tangkap,
dia sedang ada di rumah orang tuanya selama dua hari ini dan ia tidak masuk
kuliah. Kakak perempuannya akan menikah. Bahkan ia pun tidak mengajakku ke
pernikahan kakaknya. Kyu!! Kau anggap apa aku ini???
“Minji, kau sendirian?” Sungmin oppa
menghampiriku. Ia pun duduk di sebelahku.
“Tidak mungkin kan aku bersama
Kyuhyun?” ujarku sedikit sinis.
“Aku lihat hubungan kalian
akhir-akhir ini kurang baik. Ada masalah apa?”
“Tanyakan saja padanya, oppa. Aku
mungkin sedang bosan dengannya. Jadi banyak tuntutan terhadapnya.”
“Masih karena masalah naik gunung
kemarin kan?”
“Mungkin juga…”
“Kyuhyun bukannya tidak mau ikut.
Dia malah sangat ingin pergi bersamamu.” Sungmin oppa tersenyum.
“Lalu kenapa dia lebih memilih tidak
ikut?”
“Kyuhyun belum cerita padamu ya?
Ah.. anak itu selalu saja membuat orang salah paham.”
“Memangnya Kenapa?” Aku penasaran.
“Beberapa tahun lalu Kyuhyun
mengalami kecelakaan hebat yang hampir merenggut nyawanya.”
“Apa???!!!”
“Tunggu aku belum selesai cerita.
Jadi waktu itu pihak rumah sakit mengambil jalan operasi yang sangat berisiko
untuk menyelamatkan nyawanya. Akibatnya, Kyuhyun tidak boleh terlalu capek dan
menjalani aktivitas fisik yang berlebihan hingga kini.”
“Ja.. ja.. jadi diaa…”
“Iya, pada awal-awal kesembuhannya
dia sempat nekat untuk ikut klub olahraga dengan yang lain. Tapi itu justru
membuatnya keluar masuk rumah sakit. Akhirnya orangtuanya melarangnya untuk
mengambil kegiatan fisik yang berat. Untung saja dia itu game addict, jadi
hidupnya tidak membosankan. Hahahahhahahaha…”
“Oppa!! Kenapa kau malah tertawa??
Ini tidak lucu….” Aku kesal sekali mendengar ketawa Sungmin oppa yang seperti
penyihir itu. Tega sekali dia tertawa di tengah cerita mengharukan yang baru
saja ia ceritakan padaku.
“Masih marah pada Kyuhyun?” Godanya
lagi. Aku pun berlari mengejarnya.
Sudah seminggu aku tidak bertemu
Kyuhyun. Kenapa Tuhan kejam sekali padaku? Di saat aku ingin meminta maaf
padanya ia malah menghilang. Setiap aku telpon ia juga tak pernah menjawab.
Kemana dia? Apa dia ikut berbulan madu bersama kakaknya? Kyuuu oppa,!!! , Aku
sungguh merindukanmu. Aku rindu membanting stick playstation di apartemenmu
ketika aku kalah darimu. Aku rindu menyentuh lekuk bibirmu yang lebar itu. Aku
rindu mendengarmu menyanyi sambil mengerjakan tugas kuliahku. Aku rindu makan
jajangmyeon bersama selesai jam kuliah. Oppa aku merindukanmu……
Ponselku berbunyi. Nomor tak
dikenal.
“Yoboseyo..” jawabku ramah.
“Yoboseyo, Minji noona?” suara
seorang pria terdengar di seberang sana.
“Ne. Dengan siapa aku bicara?”
“Aku Minho, adiknya Kyuhyun hyung.
Aku ingin menyampaikan pesan dari hyung kalau saat ini dia sedang menjalani
operasi di telinga kirinya. Dia tidak sempat memberi tahumu noona.”
“Apa?! Telinganya kenapa?” aku
panik. Ingin pingsan rasanya.
“Tidak apa-apa. Hanya ada gangguan
yang sudah cukup lama. Dan dokter bilang sudah saatnya dibereskan sekarang.
Kalau kau mau datang, Hyung ada di Seoul Hospital. Operasinya sebentar lagi
berakhir. Mohon doamu noona.” Minho berkata padaku.
“Tentu. Aku akan ke sana segera.
Sampaikan salamku padanya yaa..”
Aku langsung menuju ke rumah sakit
berkelas itu. Sepertinya latar belakang keluarganya cukup berada. Pantas saja
anaknya sangat teratur dan perfeksionis seperti itu, yah, meskipun sikap
cueknya terkadang membuatku ingin mencekik lehernya.
“Annyeonghaseyo.. Kang Minji
imnida.” Ujarku memperkenalkan diri. Ada ibunya dan Minho, adiknya.
“Ah, jadi kau yang bernama Kang
Minji. Haha.. putraku sering bercerita tentang dirimu padaku. Kau sabar sekali
yaa menghadapinya..” ucapan ibu Kyuhyun membuatku sedikit tersanjung. jadi
selama ini dia suka pamer juga pada keluarganya.
“Noona, hyung ada di dalam.
Masuklah.. dia sedang beristirahat.” Minho mempersilakanku dengan sangat sopan.
sepertinya adiknya ini pria romantis. Berbeda sekali dengan Kyuhyun.
akhirnya aku masuk ke ruangan tempat
ia dirawat. Aku melihatnya. Dia sedang bersandar di ranjang rumah sakit dengan
telinga yang ditutupi perban. Sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku.
Matanya memandang ke jendela.
“Oppa,..” aku memberanikan diri
menyapanya.
Dia menoleh, lalu tersenyum. Aku
memeluknya, menangis di dadanya. Cukup lama kami seperti itu, sampai akhirnya
dia memegang wajahku.
“Kenapa kau menangis?! Pulang saja
kalau kau hanya mau menangis sampai di sini!” Ujarnya tiba-tiba.
“Jahat sekali kau! Aku jauh-jauh ke
sini karena aku merindukanmu. Kau tidak memberiku kabar bahkan ketika kau
sakit. Bagaimana aku tidak menangis?” balasku sambil terisak.
“Mianhae Minji ah,, aku memang bukan
pria yang sempurna.. aku selalu membuatmu khawatir, cuek padamu. Dan soal naik
gunung itu...”
“Sudahlah. Aku sudah tau semua,
Sungmin oppa sudah memberi tahuku. Jahat sekali kau tidak memberitahuku
tentang masa lalumu. Kau tahu? Aku merasa aku bukan pacar yang baik. Bahkan
setelah sekian lama menjadi kekasihmu aku tidak tahu apa-apa tentang dirimu.
Mianhae oppa.. aku hanya bisa memberatkanmu dengan sifat manjaku..”
“Aku hanya tidak mau kau menangis.
Aku tidak bisa melihatmu menangis, apalagi seperti waktu di halte bis malam
itu.”
“Kau masih ingat itu? Wah aku jadi
malu. Aku seperti orang gila saat itu.” Ujarku malu sambil masih terisak.
“Tentu saja. Aku tidak mungkin
melupakan saat pertama aku menyukaimu.” Kyuhyun menggaruk-garuk kepalanya.
Sepertinya ia malu.
“Apa? Kau sudah suka denganku sejak
saat itu?”
“Ne. Dan jujur aku bahagia sekali
saat tahu kau masuk Kyunghee dan aku bisa dekat denganmu. Aku ragu mengatakan
perasaanku lebih dulu, karena aku tidak seperti pria lain pada umumnya. Aku ini
cuma pria lemah. Just a hospital Boy.. ingin sekali aku menangis karena
kekuranganku ini. Tapi sayangnya aku seorang pria..” Ia berkata sambil mengelus
rambut panjangku.
“Benarkah? Haha tapi aku tidak butuh
itu. Aku menyukaimu apa adanya. Jika kau bilang kau Hospital boy, aku akan
menjadi sustermu seumur hidupku..”
Kyuhyun pun kembali memelukku dan
mencium keningku. Bagiku ini merupakan ciuman sekaligus hal paling romantis
yang pernah ia lakukan padaku. Mungkin banyak hal yang belum aku mengerti
darinya hingga saat ini, tapi aku akan berusaha untuk mengerti dan mencari tahu
itu. Aku akan berusaha untuk menjadi pacar yang baik bagi Cho Kyuhyun, my
Hospital Boy ^^
~THE END~
Special
Shinee (One Shoot) ^^
Author : Ayu Eonni ^^
Cast :
Yoon EunSang
Kim Jonghyun
Choi Minho
Key
Starring :
Choi Siwon
Eunsang pov
“Huakakakakkaaaka! Kenapa potongan
rambutmu jadi sependek ini?” Key tertawa kencang. Kelihatannya dia sangat puas.
“Kenapa? Kalau tidak suka cukup
bilang saja. Jangan tertawa berlebihan seperti itu. Tidak bisa menghargai
wanita!”
“Oh, kau juga butuh penghargaan?
Hahahahha.. aku bahkan mengira kau sudah lupa akan jati dirimu.” Key malah
tertawa makin kencang. Kupingku sepertinya mau pecah mendengar tawanya.
“Key jahat!!”
“Haha, iya maaf.. maaf. Tapi kenapa
kau malah potong rambut lagi? Siwon hyung baru saja kembali dari LA.”
“Apa?!! Yang benar saja? Kau jangan
bercanda!” Aku mau pingsan. Menyesal.
“Minho sendiri yang bilang, tadi
pagi dia menjemput kakaknya itu di bandara.”
Dunia serasa mau runtuh. Gara-gara
Siwon oppa, aku mati-matian menjadi wanita feminin dan rajin ke gereja. Bahkan
aku rela hidup dalam ketidaknyamanan dengan rambut panjang demi menarik
perhatiannya yang katanya suka gadis feminin. Tuhan kejam sekali. Kenapa gadis
tomboy sepertiku harus memiliki ikatan perasaan dengan pria macam Siwon oppa?
Dan sekarang tiba-tiba dia kembali ke Seoul ketika aku baru saja memotong
pendek rambutku! Aku kira dia akan pergi dalam jangka waktu yang lama seperti
di film-film. Jadi aku ada waktu untuk memanjangkan rambutku lagi. Huh! Minho! Dialah
yang patut disalahkan atas ini semua! Dia tahu aku sangat mencintai kakaknya
itu, tapi kenapa ia tidak memberitahuku kalau Siwon oppa kembali? Aku malu
bertemu dia…
@Kamar Key
“Ayoo,, berikan jalan keluar padaku.
Aku harus bagaimana? Key, kau kan pintar menata gaya..beri aku saran.” Aku
merayu Key. Dia pun tampak sedang berpikir keras.
“Jonghyun, apa kau ada saran?
Berhentilah makan. Cemilanku hampir habis kau makan.” Key melirik ke arah
Jonghyun yang sedari tadi asyik makan sambil menonton TV.
“Sudah pakai saja wig panjang. Beres
kan?” matanya masih tak lepas dari TV.
“Kau sudah gila ya? Kau pikir aku
badut?” Ingin sekali aku memotong lidahnya yang asal bunyi itu.
Dia menghentikan aktivitasnya,
lalu mendatangiku.
“Kau sendiri yang mau menjadi badut
untuknya. Hahhahahaa..” Jonghyun malah tertawa. Tepat di depan wajahku. Bau
sekali mulutnya. Camilan apa yang tadi dia makan?
“Ya sudah. Tak usah hiraukan dia.”
Key menghiburku. Sepertinya dia tahu Jonghyun tak ada gunanya berada di sini.
Aku benar-benar ingin masuk ke dalam
tanah. Melelahkan sekali seperti ini. Huh, terkadang aku kesal. Kenapa aku
harus terlahir menjadi gadis tomboy? Dan di usiaku yang menginjak 20 tahun ini,
aku belum juga berpikir untuk memakai make up, memakai sepatu berhak tinggi,
dan membeli gaun-gaun pesta seperti wanita pada umumnya. Jangan-jangan aku
dikutuk dari lahir! Bahkan Tuhan melengkapi penderitaanku dengan menghadirkan
tiga orang sahabat cowok yang selalu menemaniku ke mana-mana. Yah, Key,
Jonghyun dan Minho. Kami sudah berteman dari sejak kecil. Sebenarnya semua ini
bukanlah masalah besar. Tapi sejak aku bertemu dengan Siwon oppa yang notabene
adalah kakak kandung Minho, sepertinya naluri wanitaku muncul. Dan itu cukup
merepotkanku beberapa waktu terakhir ini. Dan di saat-saat seperti ini,
benar-benar hanya Key yang bisa kuandalkan.
@Rumah Eunsang
“Lama sekali kau!! Kau tahu matahari
nyaris membakar kulitku yang bersih ini!” Jonghyun marah-marah. Dia sudah
menunggu daritadi di atas motornya.
“Iya maaf. Kau jangan marah-marah
terus. Aku kan harus sedikit berdandan. Siwon oppa akan ke kampus juga.
Hmm.. aku tidak usah pakai helm yaa?”
“Apa maumu? Kau mau kita ditangkap
polisi di tengah jalan?”
“Tapi tatanan rambutku bisa
rusak...” aku berusaha merayu Jonghyun.
“Aku tidak peduli. Kita mau kuliah.
Jangan repotkan aku dengan urusanmu itu. Nanti aku bisa telat. Kalau tidak mau
naik taksi saja.” Jonghyun makin sinis saja. Ia pun bersiap menghidupkan
motornya, lalu pergi begitu saja. Meninggalkan aku.
Aish! Kenapa sih dia? Akhir-akhir
ini jadi suka marah-marah. Apa dia sudah bosan ya jadi temanku? Apa dia merasa
kerepotan harus menjemputku setiap pagi?? Huh! Menyebalkan sekali anak itu. Ya
sudah. Aku bisa jalan sendiri ke kampus. Banyak taksi kok ..
@Myongji University
Panas sekali siang ini. Coba saja
aku pakai T-shirt biasa. Pasti tidak akan seperti ini jadinya. Kain kemeja ini
sepertinya tidak mengerti penderitaanku. Key kemana ya? Lama sekali tidak
muncul-muncul. Minumanku sudah hampir habis.
“Annyeong Eunsang ah..” sebuah suara
tiba-tiba menyapaku.
MWO??!! Choi Siwon!! Ya Tuhan. Key
kemana? Nyaris saja minuman ini muncrat dari mulutku.
“Boleh aku duduk di sini?” Siwon
oppa tersenyum padaku. Ya Tuhan! Tampan sekaliiii ... aku harus jawab apa? Apa
aku pantas menemaninya duduk di sini? Ah sudahlah. Ini rejeki. Anggap saja
begitu. Tidak baik menolak rehjeki yang datang.
“Wah oppa. Kau rupanya. Duduk saja.
Aku sendirian saja tidak sedang menunggu siapa-siapa.” Jawabku manis. Sok manis
tepatnya. Dan aku berbohong pastinya.
“Benarkah? Haha aku kira kau sedang
menunggu pacarmu.” Siwon oppa mencoba bergurau denganku.
“Oppa kau bisa saja. Mana mungkin
aku punya pacar? Melihat orang-orang di sekelilingku saja mungkin cowok-cowok
enggan menyapaku.” Aku berusaha tetap terlihat santai.
“Oh ya? Haha aku rasa kau terlalu
berlebihan. Tapi kulihat kau sudah banyak berubah yaa.. lebih feminin
sekarang.” Oh tidak! Key!! Kemana dirimu?? Siwon oppa memujiku. Dia menyadari
perubahanku!! Ok. Eunsang calm down.
“Ah~ Jeongmal? Iya ibu memaksaku untuk
lebih sering berdandan sekarang.” Aku berbohong lagi. Ibuku mana peduli dengan
penampilanku?
“Eunsang ah, apa kau melihat Minho?
Aku sudah selesai mengurus keperluanku. Aku ingin pinjam mobilnya untuk
pulang.”
“Ah, tadi kulihat dia bersama
Jonghyun. Kenapa tidak coba hubungi saja oppa?”
“Aku tak bisa menghubunginya. Ya
sudah, aku telpon supir saja.”
Siwon oppa lalu pamit. Dan sukses
membuatku tak sadar diri hampir setengah jam lamanya.
Jonghyun pov
“Kemana Eunsang? Lama sekali dia.
Apa dia lupa hari ini mau bermain basket bersama?” Key mengeluh.
“Tadi aku melihatnya sedang
mengobrol di kantin dengan Siwon hyung.” Jawabku singkat.
“Ah pantas saja! Sudahlah. Kita
tinggalkan saja dia.. pasti dia sedang senang.” Minho menambahkan.
Aku heran. Siwon hyung benar-benar
hebat. Dulu sewaktu dia masih kuliah di sini, banyak sekali gadis mengantri
untuk jadi pacarnya. Bahkan Eunsang pun rela menjadi feminin untuk bisa menarik
perhatiannya. Aku tidak iri sama sekali. Aku bahkan tidak peduli. Itu adalah
kelebihan Siwon hyung. Keluarganya memang memiliki kharisma dan aura memikat.
Minho saja sebagai adiknya sepertinya juga mewarisi aura kakaknya itu. Jika
kami jalan bertiga, pastinya mata gadis-gadis akan teruju pada Minho. Yah,
banyak juga yang tertuju padaku. Hanya saja Minho lebih tinggi dariku. Yah bisa
dibilang itu adalah kelebihan yang ia punya dibanding aku. Yah, lebih sedikit
saja. Kalau masalah ganteng, aku rasa aku juga tidak kalah ganteng dan tampan
dari dirinya.
Dan sekali lagi aku tegaskan.
Aku tidak iri dengan penerus keluarga Choi itu. Aku hanya memikirkan Eunsang.
Ya. Eunsang. Dia terlalu memaksakan dirinya. Dan jujur aku kesal sekali
melihatnya sok menjadi gadis feminin. Ingin sekali aku melempar koleksi sepatu
hak tinggi yang baru-baru ini rajin dibelinya. Terlalu berlebihan. Aku kadang
ingin melihatnya menjadi wanita yang utuh, tapi bukan dengan cara abnormal
seperti ini.
Eunsang Pov
@Kamar Eunsang
“Apa sudah selesai? Lama sekali.”
Aku merenggut. Jonghyun masih sibuk menyelesaikan tugas desainku.
“Tunggu. Ini butuh penghayatan
lebih. Ini bernilai artistik. Apa kau tidak mengerti seni?” jawabnya santai.
“Tapi sudah dari tadi kau
menggambar desain itu. Aku hampir ketiduran menunggumu.”
“Tidurlah kalau kau mau. Nanti kalau
sudah selesai, aku akan membangunkanmu. Hasilnya pasti akan sangat
memuaskanmu.”
“Enak sekali kau menyuruhku tidur.
Aku ini wanita! Kau ini pria. Kalau aku tidur lalu tiba-tiba kau berbuat yang
tidak-tidak terhadapku bagaimana?”
“Kau mau aku benar-benar melakukan
itu?” Jonghyun tiba-tiba menghampiriku di ranjang.
“Hei! Sana pergi! Aku menyiapkan
masa depanku untuk putra sulung keluarga Choi!” Aku mendorongnya sampai jatuh
ke lantai.
“Huh, sombong sekali kau. Memangnya
Siwon Hyung mau padamu?” Jonghyun bangkit dan kembali duduk menyelesaikan
tugasku.
“Kenapa tidak? Aku akan berusaha
untuk itu.”
Jonghyun tidak menanggapiku. Aku
berbaring di tempat tidur. Perlahan-lahan mataku mulai mengantuk. Aku memandang
Jonghyun yang membelakangiku. Punggungnya itu. Punggung itu yang dulu selalu
menggendongku ketika kami masih sama-sama duduk di sekolah dasar. Ah, Jonghyun
sangat baik padaku sejak awal aku mengenalnya meskipun dia sangat suka
mengejekku. Dia selalu membantuku jika aku perlu bantuan. Sampai sekarangpun,
ia selalu meluangkan waktu untuk menemaniku kemanapun. Njjong benar-benar
seperti saudaraku. Seperti Key dan Minho juga.
Aku jadi ingat. Dulu sewaktu SMP aku
pernah musuhan lama sekali dengannya. Ya, hampir sebulan. Dan apakah kalian
tahu? Perkaranya hanya karena waktu itu dia punya pacar. Dia pacaran dengan
seorang gadis tanpa memberitahuku. Aku menangis waktu itu. Aku cemburu sekali
melihat gadis itu bersama Jonghyun. Gara-gara gadis itu, Jonghyun tidak pernah
main ke rumahku. Dia bahkan lupa hari ulang tahunku padahal Key dan Minho
mengingatnya. Itulah yang membuatku sangat sakit waktu itu. Sebegitu pentingkah
gadis itu bagi Jonghyun sampai dia melupakan hari lahir sahabatnya sendiri?
Tapi aku bersyukur Jonghyun tidak
lama pacaran dengannya. Mungkin karena waktu itu dia masih kecil dan belum
paham arti pacaran. Ketika kutanyakan padanya, Jonghyun bilang ia memacari
gadis itu karena gadis itu cantik dan suka pakai rok mini ke sekolah. Aku
tertawa mendengar alasannya. Tapi ia bilang bosan dengan gadis itu dan Jonghyun
pun memutuskan untuk berpisah. Lama-lama aku jadi merasa kasihan pada gadis
itu. Jonghyun tidak tahu diri.
Sudahlah. Geli membayangkan itu
semua.. Aku mengantuk. Aku ingin tertidur dan berharap akan memimpikan Siwon
oppa.
Beberapa hari kemudian ...
“Jinja??!!!” Aku terhenyak. Nafsu
makanku tiba-tiba hilang seketika.
“Iya, miane Eunsang ah.. aku juga
baru tahu hal ini. Kemarin tiba-tiba saja appa mengumpulkan kami.” Ujar Minho.
“Apa kau benar-benar tidak tahu ini
sebelumnya? Kau mengecewakan kami jika sudah tahu sejak lama tapi tidak memberi
tahu ini.” Key ikut komentar.
“Aku bersumpah! Aku tidak tahu.
Bahkan hyung pun merahasiakan ini dariku...” Minho meyakinkan kami.
Jonghyun pov
Aku mengerti sekali. Sangat
mengerti. Eunsang pasti sangat terpukul. Lebih baik ia tidak usah datang saja
hari ini. Tapi tentu aneh jika ia tidak hadir. Sedari kecil kami sudah sangat
dekat dengan keluarga Choi. Itu semua karena Minho adalah sahabat baik kami.
Tapi aku benar-benar lebih memilih Eunsang untuk diam saja di rumahnya tanpa harus
menyaksikan pertunangan Siwon hyung.
“Ah,, Eotthokee .. aku tak berani
menyapanya. Auranya horor sekali sejak ia tahu hal ini.” Key mulai lagi dengan
sifat paniknya yang tidak bisa ditolerir.
“Sudah. Biarkan saja ia memasang
tampang suram itu. Mungkin lebih baik begitu dulu.” Minho menanggapi.
Sepertinya ia merasa sangat berdosa pada Eunsang.
“nnjjong,, kau hibur dia.. kau kan
paling bisa mengatasinya jika sedang labil seperti ini..” Key menatapku.
“Entahlah. Kita sudah di sini.
Hormati yang punya acara. Biarkan saja dia dulu.” Balasku sembari menatap ke
arah Eunsang yang berdiri di samping ibunya. Ia tampak manis dengan gaun cream
sederhana yang dikenakannya. Coba saja ia tersenyum. Pasti tak kalah cantik
dengan gadis lainnya.
Acara pertunangan pun dilangsungkan.
Siwon hyung memang tampak sangat serasi dengan gadis itu. Nama gadis itu Yoona,
dan kudengar dia dan Siwon hyung sudah lama berhubungan sejak tinggal di LA.
Hebat sekali dia sampai adiknya sendiri juga tidak tahu hal ini. Tapi memang
hyung bukan orang yang suka pamer. Bahkan punya pacar secantik inipun ia tak
pernah cerita pada kami. Aku jarang menghadiri acara seperti ini. Dan aku baru
melihat pasangan sesempurna ini. Tak bisa kubayangkan jika Eunsang yang menjadi
pendamping Siwon Hyung hari ini. Pasti akan banyak hal janggal terjadi. Entah
kenapa aku tertawa sendiri membayangkannya. Jangankan memakai gaun seanggun
yang dikenakan Yoona. Memakai baju wanita saja sepertinya ia gerah.
Semua orang tampak berbahagia hari
ini. Kulihat Eunsang. Ia menatap ke arah Siwon hyung dan Yoona. Lalu kulihat ia
tersenyum. Ya, dia tersenyum. Entah kenapa hatiku menghangat melihatnya
tersenyum.
Praaanggggg!!!
Tiba-tiba saja terdengar suara gelas
pecah. Aku yakin Eunsang tidak mengamuk hari ini. Semua orang menoleh. Ke
arahku! Astaga. Aku memecahkan sebuah gelas kaca secara tak sengaja..
Eunsang pov
Aku masih sedih. Hatiku masih perih.
Terluka. Sakit. Hancur. Serasa ditusuk-tusuk jarum. Tapi aku juga senang. Aku
tidak menangis. Untung saja Yoona itu bukan gadis murahan. Siwon oppa
sepertinya memang pintar memilih calon pendamping hidup. Tapi aku masih tidak
rela. Kalau saja gadis itu aku. Mungkin aku mati bahagia saat ini. Ingin
rasanya main keluar. Aku rindu juga pada Key, Jonghyun dan Minho. Gara-gara desperate
yang berlebihan ini, pulang kuliah aku jadi tidak bernafsu kemana-mana. Kulihat
sekeliling. Ya Tuhan! Ternyata sudah seminggu ini aku tak merapikan kamar.
Mataku seketika tertuju pada poster aktor Jepang yang sangat aku gilai. Haha,
ternyata poster itu masih ada. Aku juga pernah patah hati karena aktor
favoritku itu menikah dengan wanita pilihannya. Tentunya itu bukan aku. Dan
sekarang, aku kembali patah hati ditinggal tunangan oleh pujaan hatiku. Di
dunia nyata. Miris sekali. Seketika aku berpikir untuk melepas poster itu. Aku
perlu gunting.
Mwo??!! Takjub. Tak percaya. Serasa
mimpi. Apa yang baru saja aku temukan ini? Berniat mencari gunting, tapi aku
malah menemukan sebuah fakta. Ini fakta besar! Menyangkut hidupku. Akupun
bergegas mandi dan keluar rumah. Aku harus mencari pembenaran hari ini juga.
“Apa ini? Jelaskan padaku.” Ujarku
singkat.
Dia hanya tersenyum, meskipun
awalnya nampak sedikit terkejut.
“Jadi kau menemukannya. Aku kira kau
tak akan pernah menemukannya. Padahal aku sembunyikan di tempat yang sangat
tersembunyi dan berharap kau akan melihatnya beberapa tahun lagi.” Balasnya
sambil menyeringai.
“Sudah jangan mendramatisir lagi.
Kau itu berlebihan. Aku kehilangan gunting dan mencari sampai ke semua sela
kamarku. Aku menemukan ini di tumpukan barang-barangku.”
“Kenapa kau tahu aku yang
meletakkannya?”
“Pria yang pernah masuk kamarku
hanya appa, Key, Minho, dan tentu saja kau! Aku yakin Minho dan Key tidak
mungkin menjadi pelakunya. Lagipula ini tulisan tanganmu kan?”
“Ne,, “ Jonghyun menggaruk-garuk
kepalanya.
"Kapan kau meletakkan surat
cinta ini?" Tanyaku.
"Sewaktu kau tertidur saat
itu." Jawabnya singkat sambil nyengir.
“Tidak lucu.” Aku pun pergi
meninggalkannya sambil menarik lagi kertas yang tadi kuberikan padanya. Tak ada
gunanya serius dengan orang seperti dia.
Tapi tiba-tiba Jonghyun menarik
tanganku dan memelukku. Erat sekali. Aku sampai tidak bisa bernafas.
“Hei! Kau ini apa-apaan. Ini
lapangan basket! Kau sudah gila yaa? Kalau ada yang datang bagaimana?” aku
berusaha melepaskan pelukannya. Tapi dia tetap saja pria dan aku tak mungkin
bisa menang melawan tenaganya.
“Biar saja. Aku tidak peduli.” Dia
masih memelukku.
“Nnjjongg.., lepaskan. Aku sakit nih
..”
Jonghyun melepas pelukannya.
“Ternyata tinggi kita sejajar yaa
..” ujarnya tiba-tiba.
“Apa maksudmu?” Aku curiga dengan
pernyataannya tadi.
“Yah, setidaknya kau tidak usah
memakai sepatu hak tinggi kalau mau jalan denganku. Aku kan tidak setinggi
Siwon hyung.” Ia menyeringai lagi. Kali ini lebih lebar lagi.
“Aku makin tidak paham apa yang kau
katakan.”
“Sudahlah Eunsang,, jadi pacarku
saja yaa .. Kau tetap seperti ini juga aku menerimamu kok ..”
“Tidak mau!” jawabku ketus. Jujur
aku malu.
Tiba-tiba ia mencium pipi kiriku.
Cepat sekali.
“Hei! Kurang ajar sekali kau! Kenapa
menciumku??” Sepertinya wajahku memerah. Aku bisa merasakan itu. Maklum ini
kali pertama seorang pria menciumku.
“Supaya kau mau jadi pacarku..”
Jonghyun menggodaku lagi.
“Aku tetap tidak mau!!!”
“Akan kutunggu sampai kau mau Yoon
Eunsang! Hahahahhha ....” Jonghyun berlari setelah kali ini mencium pipi
kananku. Huff! Aku pun mengejarnya ..
Entah apa yang terjadi, tapi aku
rasa Jonghyun memang terlahir untuk selalu ada di sampingku. Mungkin aku memang
sudah menyukainya sejak dulu, sampai aku tidak rela dia punya pacar. Aku
sendiri sulit percaya ia menyukaiku. Tapi aku rasa mulai saat ini aku harus
benar-benar percaya bahwa kebahagiaanku ada padanya ....
~THE END~